Sonora.ID - Tempe mendoan merupakan salah satu makanan yang terkenal dan favorit di Indonesia.

Makanan yang merupakan olahan fermentasi dari kacang kedelai ini berasal dari Kabupaten Banyumas yang berada di Provinsi Jawa Tengah.

Tempe mendoan memiliki cara pengolahan yang terbilang mudah, yaitu dengan cara melumuri tempe dengan bumbu, tepung, dan isrisan daun bawang.

Lalu digoreng sebentar di minyak panas. Tempe mendoan ini paling cocok disajikan dengan cabe rawit hijau atau dengan sambal kecap.

Perbedaan tempe mendoan ini dengan tempe goreng lain yaitu tampe mendoan ini memiliki ketebalan dan kelebaran yang berbeda dari tempe lainnya.

Baca Juga: Wajib Dikunjungi, Ini Dia 20 Wisata Alam dan Sejarah di Solo dan Sekitarnya

Tempe mendoan memiliki ketebalan yang lebih tipis sekitar 3 inci dan memiliki kelebaran yang lebih lebar dari olahan tempe lainnya.

Tempe mendoan memiliki tekstur yang tidak krispi melainkan lebih empuk dan kenyal karena digoreng setengah matang. Teknik memasak yang unik tersebut bukan tanpa alasan.

Mendoan berasal dari kata dalam Bahasa jawa yaitu mendo yang memiliki arti setengah matang.

Mendoan diolah secara setengah matang karena dulunya dibuat sebagai olahan cepat saji. Hal tersebut bertujuan untuk mempersingkat waktu dalam pembuatan dan tidak menghabiskan wakru pembeli saat menunggu tempe mendoan.

Mendoan muncul bersamaan dengan tempe dan olahan makanan berbahan baku kedelai yang banyak tumbuh pada kawasan Asia Tengah, lalu di bawa migrasi oleh masyarakat Asia Tengah menuju bagian Asia Tenggara.

Selain rasa nya yang nikmat, Mendoan juga merupakan ujung tombak pariwisata Kabupaten Banyumas.

Tempe mendoan ternyata sudah ada sejak lebih dari satu abad yang lalu di Kabupate Banyumas sehingga mampu menjadi komoditas ekonomi dan diolah secara komersial sejak tahun 1960-an.

Baca Juga: 5 Fakta Insiden Brexit 2016, Tragedi Mudik Paling Horor Sepanjang Sejarah

Tak hanya itu, tempe mendoan ini juga di kaitkan pada filosofi orang Banyumas itu sendiri. Orang Banyumas bisa diumpamakan seperti mendoan yang fleksibel dan mudah menyesuaikan diri.

Namun, dalam keadaan yang mendesak dapat menjadi kaku seperti kripik yang ibarat mau diajak remuk bersama.

Hal tersebut sering dikaitkan dengan tekad pahlawan asal Banyumas dalam perjuangan merebut kemerdakaan Indonesia.