Sonora.ID - Fahri Fadilah Nurizki, seorang calon Bintara Polri membuat pengakuan bahwa namanya tiba-tiba dicoret menjelang pendidikan polisi.
Calon Bintara Polri itu pun ramai diperbincangkan masyarakat, mulanya Fahri membuat video pengakuan tentang kegagalannya dalam berangkat menempuh pendidikan polisi.
Berdasarkan pengakuannya itu, namanya mendadak hilang dalam daftar calon dan berganti nama orang lain beberapa hari menjelang waktu pendidikan.
Atas keributan yang terjadi, Polda Metro Jaya pun angkat bicara dan menberikan penjelasan.
Pihaknya mengungkapkan bahwa pencoretan tersebut dilakukan sesuai prosedur.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengakui bahwa Fahri Fadilah Nurizki dinyatakan lulus tes calon bintara Polda Metro Jaya tahap pertama.
Akan tetapi usai itu, berdasarkan surat dari Mabel Polri ada kegiatan supervisi sebelum para peserta mengikuti pendidikan.
Dalam kegiatan tersebut, Fahri kembali dinyatakan tidak memenuhi syarat karena menderita buta warna parsial.
Baca Juga: Bisakah Buta Warna Disembuhkan Dengan Metode Tertentu, Ini Jawaban Ahli
Apa itu buta warna parsial?
Dikutip dari Kompas.com, buta warna parsial merupakan jenis buta warna yang paling umum terjadi.
Penderita buta warna parsial akan mengalami kesulitan membedakan warna tertentu, tapi pengidap kondisi ini dapat melatih diri dalam beradaptasi sehingga dapat menjalankan aktivitas hariannya dengan normal.
Berdasarkan laman NHS, penglihatan warna normal (trikromasi) biasanya menggunakan ketiga jenis sel kerucut yang berfungsi dengan benar.
Kendati begitu, sejumlah orang dengan defisiensi penglihatan warna atau buta warna mengalami kesulitan membedakan antara warna merah, kuning, dan hijau.
Ini dikenal sebagai defisiensi penglihatan warna merah-hijau. Seseorang dengan buta warna kemungkinan mengalami hal-hal berikut:
Ini dikenal sebagai defisiensi penglihatan warna biru-kuning.
Baca Juga: Tes Buta Warna: Tebak Angka Berapa di Gambar Berwarna Hijau Ini
Bagaimana tes buta warna parsial?
Sebenarnya, buta warna bukanlah penyakit yang perlu dikhawatirkan.
Sebagian besar orang akan menjadi terbiasa, dan umumnya tidak akan menjadi lebih buruk dan jarang menandakan sesuatu yang serius.
Penyebab buta warna dalam sebagian besar kasus disebabkan oleh kesalahan genetik yang diturunkan dari orangtua kepada anak.
Buta warna terjadi karena beberapa sel peka warna di mata, yang disebut kerucut, hilang atau tidak berfungsi dengan baik.
Tidak jarang, buta warna dapat berkembang di kemudian hari, sebagai akibat dari kondisi kesehatan yang mendasarinya seperti diabetes, glaukoma, degenerasi makula terkait usia, dan multiple sclerosis.
Selain itu, efek samping obat dan paparan kimia berbahaya seperti karbon disulfida dan stirena juga dapat mendorong terjadinya buta warna.