Selain itu, menggunakan gawai secara berlebihan juga dapat memicu trigger finger.
Kondisi ini ditandai dengan adanya peradangan pada tendon jari akibat scrolling menggunakan jari secara terus-menerus.
Bila sudah demikian, Anda akan merasakan nyeri saat menekukkan jari.
Perut 'bergejolak'
Perhatikan reaksi tubuh saat membuka media sosial. Tra Hoang, terapis di New York City mengungkapkan, kondisi ini bukan hal aneh sebab di antaranya orang terpapar berita-berita negatif yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan.
Hoang meminta untuk memperhatikan gejala fisik seperti gelisah, perut bergejolak, detak jantung meningkat atau ketegangan otot.
Dia berkata, ada beberapa orang bahkan mengalami gelisah atau grogi yang konstan.
Psikolog klinis, David Carbonell menambahkan, gejala fisik lain di antaranya kuantitas dan kualitas tidur menurun dan kenaikan berat badan.
Pikiran negatif
Akses media sosial yang kerap berisi hal-hal negatif tak pelak mempengaruhi pikiran mengarah ke hal negatif.
Saat Anda merasa sesuatu hal bakal kian memburuk dan bisa jadi bencana, Hoang berpendapat media sosial sudah mempengaruhi kesehatan mental secara negatif.
Tanda lainnya adalah experiential avoidance. Kondisi ketika orang berusaha menghindari pikiran dan emosi negatif, tapi justru upaya ini akan menimbulkan bahaya dalam jangka panjang.
Baca Juga: Flexing Jadi Syarat Influencer Terkenal Instan? Ini Sederet Bahaya yang Mengancam!
Perubahan pola makan
Saat menghadapi situasi tidak menentu, tubuh bisa bereaksi dan salah satunya tampak dari perubahan pola makan. Cek kebiasaan makan Anda.
Semisal, porsi makan makin besar atau juga ada-tidaknya peningkatan konsumsi alkohol selama rajin mengakses media sosial. Jika terjadi seperti ini, sebaiknya Anda berhenti 'scrolling'.
Dilakukan pertama dan terakhir kali
Scrolling media sosial adalah hal pertama yang dilakukan ketika bangun tidur di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari.
Kebiasaan buruk itu artinya kita membutuhkan rehat karena berbagai dampak buruknya.
Hal ini dapat meningkatkan risiko stres dan kecemasan serta mengganggu kualitas istirahat kita.
Tidak lagi terasa menyenangkan Platform media sosial dirancang agar menyenangkan, interaktif, dan menjadi cara bagi orang-orang untuk terhubung.
Jadi tidak seharusnya kita merasa lelah, stres dan tertekan ketika mengaksesnya.
Jika merasakan adanya perasaan negatif tersebut artinya kita butuk melakukan social media break.
Pastikan sudah benar-benar terbebas dari perasaan tersebut sebelum menjadi salah satu penggunanya lagi.
Baca Juga: Gus Miftah Tegur Keras Deddy Corbuzier Soal Konten LGBT: Kalau Anggap Gue Guru, Minta Maaf!