Semarang, Sonora.ID - Sebagai kota bersejarah di Jawa Tengah, kota Semarang tidak hanya memiliki objek wisata Lawang Sewu atau Kota Tua.
Kawasan yang menjadi pusat pemerintahan pada masa penjajahan Belanda ini juga memiliki bangunan tua yang menjadi simbol keagamaan umat Islam sekitar seabad yang lalu.
Bangunan tua itu berupa masjid yakni Masjid Layur atau sering disebut dengan Masjid Menara karena memiliki menara besar yang menjulang seperti mercusuar.
Tidak hanya itu, Masjid Layur juga terkenal sebagai tempat persinggahan Kampung Melayu, karena kehadiran orang-orang Timur Tengah ketika datang untuk berbisnis di Semarang.
Masjid Layur lokasinya tak jauh dari wisata Kota Lama Semarang, berada di Jalan Layur, Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.
Jika Anda datangnya dari Kota Lama Semarang, silakan menuju utara ke Jalan Empu Tantular, tepatnya sebelah utara Jembatan Mberok.
Ikuti jalan itu hingga sampai di perlintasan kereta api. Dari rel perlintasan rel kereta api, silakan belok kiri, ke arah barat menuju Jalan Bandarharjo Selatan.
Ikuti Jalan tersebut hingga ke arah Puskesmas Bandarharjo, Dadapsari yang berlokasi di Jalan Komodor Laut Yos Sudarso.
Sampai di pertigaan Jalan Kakap dan Jalan Layur, silakan belok kiri menuju Jalan Layur. Sekira 100 meter dari pertigaan itu, Masjid Layur dapat Anda temui dengan menara tinggi sebagai satu di antara identitasnya.
Bedirinya Masjid Layur tak lepas dari Kota Semarang sebagai bagian komoditas jalur perdagangan internasional melalui Pantai Utara Jawa.
Hal ini menjadikan para saudagar serta pedagang dari Timur Tengah bersandar, dan tak lupa menyebarkan agama Islam di kota yang terkenal dengan sebutan Kota Atlas. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat sekitar, Masjid Layur berdiri sekira tahun 1800-an.
Di sekitar Masjid Layur dihuni oleh orang-orang Timur Tengah dan Melayu. Mereka menetap dan tinggal di sekitar masjid, membentuk sebuah desa yang disebut Kampung Melayu.
Masjid Menara dan Kampung Melayu dulunya terletak di dekat pantai utara Jawa. Banjir yang setiap tahun melanda Kampung Melayu juga telah mengubah lingkungannya, termasuk Masjid Layur.
Akibatnya Masjid Layur yang sejak awal berdiri memiliki dua lantai, kini tinggal menyisakan satu lantai atas dan sebuah menara besarnya.
Baca Juga: Mangkrak Setahun, Gibran Ungkap Alasan Pembangunan Masjid Sriwedari Belum Dilanjutkan