Makassar, Sonora.ID - Inflasi sebesar 0,28 persen yang dialami Sulawesi Selatan pada Mei 2022 didorong adanya Hari Raya Idul Fitri 2022.
Kepala perwakilan BI Sulsel, Causa Iman Karana menyampaikan hal itu dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (3/6/2022).
Dia mengatakan secara umum, terjadi peningkatan konsumsi masyarakat selama momen tersebut. Meskipun demikian, realisasi inflasi dianggap tetap berada pada level yang terkendali.
"Ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulsel dalam menjaga stabilitas harga," ujarnya
Bank sentral bersama dengan TPID di wilayah Sulsel berkomitmen untuk terus bersinergi menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif) dan penguatan kerja sama antar daerah.
Masih merujuk data yang diterima, inflasi pada Mei 2022 sebesar 0,28 persen secara bulanan atau lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 1,21 persen.
Sementara itu, secara spasial, dari 5 kota IHK, inflasi bulanan tertinggi dialami oleh Pare-pare sebesar 1,88 persen. Sedangkan inflasi bulanan terendah dialami oleh Kota Makassar yaitu sebesar 0,13 perse
Secara tahun kalender, inflasi Sulsel tercatat sebesar 2,58% (ytd) atau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,29% (ytd).
Sementara itu, secara tahunan, Sulsel mengalami inflasi sebesar 3,33% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional sebesar 3,55% (yoy) dan berada dalam sasaran inflasi nasional tahun 2022 yaitu 3,0±1 persen.
Baca Juga: Pada Mei 2022, Lima Kota IHK di Sumut Seluruhnya Tercatat Inflasi
Inflasi bulanan di Sulsel utamanya disumbang oleh Kelompok Transportasi; dan Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga dengan inflasi masing-masing sebesar 1,99% dan 0,52% (mtm).
Inflasi kelompok Transportasi memiliki andil sebesar 0,23%, terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara akibat meningkatnya permintaan seiring pelonggaran pembatasan perjalanan masyarakat pada momen cuti bersama Hari Raya Idul Fitri.
Sumbangan inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga terutama berasal dari kenaikan tarif air minum PAM.
Di sisi lain, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau mengalami deflasi sebesar -0,23% (mtm), terutama disebabkan oleh menurunnya harga cabai rawit, cabai merah, bayam, dan tomat, seiring pasokan yang tetap terjaga.
Baca Juga: BI: Pencabutan HET Migor, Jadi Faktor Utama Inflasi di Sumut