Meski begitu, kondisi alam dan faktor pendukung lainnya yang cepat berubah juga perlu dipertimbangkan.
“Kemarin Jumat kami mendapat laporan bahwa debit air mencapai sekitar 150 meter kubik per detik atau lebih kecil dibandingkan dengan debit air pada saat kejadian hari Kamis tanggal 26 Mei 2022 yang lalu. Namun bagaimanapun sungai ini adalah sungai yang sangat dinamis yang sewaktu-waktu bisa berubah tergantung keadaan alam,” ujarnya.
Baca Juga: Meski Keluarga Pulang ke Tanah Air, Pencarian Eril Terus Dilakukan
Sebelumnya Ridwan Kamil sempat mengungkap dugaan penyebab kepergian ank sulungnya tersebut.
Dalam pengajian keluarga pada Minggu (5/6/2022) malam, pria yang akrab disapa Kang Emil itu memohon maaf jika ia terbata-bata dalam menyampaikan kisah duka cita tersebut.
“Pengantar pertama saya setelah kejadian, jadi mohon maaf kalau mungkin agak terbata-bata. Bapak/Ibu tidak perlu khawatir, kami secara batin sudah sangat mengikhlaskan kepergian ananda Emmeril Kahn Mumtadz,” ungkap ayah Eril.
Dalam kesempatan yang sama, Ridwan Kamil memberikan dugaan atas penyebab kepergian anaknya yang diketahui memiliki kemampuan untuk berenang tersebut.
Orang nomor satu di Jawa Barat tersebut menduga, anaknya mengalami kram sehingga tidak mampu bertahan dalam derasnya air sungai.
“Jadi pas kejadian anak kami itu terduga ada kram. Karena fisiknya itu lebih tinggi dari saya di usia yang sedang bagus badannya, dia juga suka berenang dan punya lisensi menyelam pula. Jadi menurut logika, fisik harusnya aman saja,” paparnya.
Kang Emil menjelaskan bahwa kondisi sungai di sana berbeda dengan yang ada di Indonesia.
Sungai di sana adalah hasil cairan dari es, sehingga memang suhunya luar biasa dingin jika dibandingkan dengan sungai di Indonesia.
Hal itu juga yang diduga memperburuk keadaan.