Er Sonora.ID – Proses pencarian putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz akhirnya menemukan titik terang.
Usai penantian panjang, jenazah Eril akhirnya ditemukan di Bendungan Engehalde, Bern, Swiss.
Penemuan jasad Eril tentu menjadi kebahagian bukan hanya bagi keluarga Ridwan Kamil, tapi juga satu Indonesia.
Rasa khawatir kini berubah menjadi rasa syukur karena bisa kembali melihat jasad sang putra sulung dalam keadaan terbaik.
Atalia Praratya, ibunda mendiang Eril juga mengatakan jenazah putranya dikonfirmasi sama dengan DNA miliknya.
Baca Juga: Atalia Istri Ridwan Kamil Unggah Video Kenangan Terakhir Bersama Eril: Cuma Rindu...
Saat ini Ridwan Kamil sedang berada di Swiss untuk prosesi memandikan jenazah.
Melalui akun Instagramnya, Atalia mengucap syukur jasad Eril bisa ditemukan dalam keadaan utuh sambil tersenyum.
Tak lama setelah unggahan itu dibagikan, Atalia juga membagikan momen sedang melakukan video call dengan Ridwan Kamil setelah memandikan jenazah Eril.
"Video call bersama Kang Emil setelah prosesi memandikan jenazah," tulis Atalia.
Terlihat Atalia tak kuasa menahan air mata, lengannya menutup mulut seolah tak percaya jasad putranya telah berhasil ditemukan.
Dalam unggahan berbeda Atalia menjelaskan kondisi putranya yang terseret arus sungai Aare pada akhir Mei 2022 lalu.
"A Eril dalam keadaan utuh, lengkap, bersih, tampan, tersenyum dan wangi setelah 14 hari menghilang," katanya.
Jutaan komentar serta ucapan turut berbelasungkawa membanjiri akun Instagram Ridwal Kamil maupun istrinya, Atalia Praratya.
Banyak yang menyampaikan pesan haru untuk pasangan tersebut karena harus kehilangan buah hatinya yang masih begitu muda.
Meskipun berniat baik, netizen perlu mempertimbangkan banyak faktor ketika menyampaikan ucapan belasungkawa di media sosial.
Hal ini tentu bertujuan untuk mencegah ujaran yang terkesan tidak sopan dan menyinggung perasaan keluarga yang ditinggalkan.
Sebelum komen atau memposting, ingat 6 etika Menyampaikan Belasungkawa di Media Sosial yang perlu dipahami.
Biarkan keluarga yang mengunggah pertama kali
Sebagai warganet, kita tidak berhak mengumumkan kabar kematian seseorang di media sosial sebelum anggota keluarga yang melakukannya.
Hindari perilaku seperti ini, karena publikasi di luar kendali bisa membuat keluarga yang tengah berduka menerima banyak email, telepon, komentar dan hal lainnya yang tidak diinginkan.
Sementara di momen seperti ini, keluarga membutuhkan waktu untuk menjalani momen berduka secara personal.
Baca Juga: Anak Ridwan Kamil Dinyatakan Meninggal, Netizen Hujat Podcast Denny Sumargo Bawa Celaka!
Jangan terlalu banyak bertanya
Rasa keingintahuan merupakan hal yang wajar, apalagi ketika mengetahui kabar kematian tak terduga dan secara mendadak.
Tahan jari-jari kita untuk tidak menanyakan hal-hal yang sifatnya terlalu dalam untuk diketahui lewat media sosial.
Pahami bahwa keluarga yang ditinggalkan lebih membutuhkan dukungan dan privasi yang mungkin tidak ingin diketahui orang lain.
Tulislah ucapan dukacita dengan bijak
Memilih kata-kata yang tepat merupakan cara paling bijak dalam mengucapkan dukacita.
Bila perlu, sampaikan pula rasa empati pada keluarga yang ditinggalkan. Ketahuilah, dukungan dan doa bisa menjadi satu hal yang mungkin mereka butuhkan saat ini.
Hindari menebar hoaks
Menebar hoaks terkait penyebab kematian seseorang merupakan satu tindakan yang perlu dihindari kala berbelasungkawa di media sosial.
Pahami bahwa kabar yang tidak benar justru bisa menambah buruk anggota keluarga yang ditinggalkan.
Menyampaikan ungkapan dukacita tanpa menambah informasi yang tidak terverifikasi adalah salah satu cara yang tepat.
Hindari "tag" akun orang yang meninggal
Di kolom komentar, kita dapat dengan mudah me-mention akun seseorang namun jangan melakukan hal ini pada akun orang yang sudah meninggal dunia.
Tagging akun orang yang sudah wafat apalagi secara terus menerus bisa memicu kenangan menyedihkan bagi keluarganya.
Perilaku yang seperti ini juga tidak menghormati privasi mendiang. Maka dari itu, kita tidak perlu melakukannya sama sekali.
Hindari terlalu banyak "personal detail"
Hal ini berlaku jika kita mengetahui lebih banyak detail soal kejadian duka ini. Tindakan kita bisa melanggar privasi keluarga dan menyakitkan. Batasi informasi yang kita sampaikan secara online baik di kolom komentar, konten pribadi, maupun perbicangan di grup chat.
Pihak keluarga mendiang adalah satu-satunya yang berhak menyampaikan informasi apa pun, dan bukan kita.
Baca Juga: Inilah Sosok Orang Pertama Kali yang Menemukan Jasad Eril di Bendungan Engehalde Swiss