Pada kesempatan Gelar Macapat tersebut, dibawakan tembang Pangkur Tolak Bala, Mijil Wedhariningtyas, Dhandhanggula Muji Sukur Yogyakarta Tetep Istimewa, Mijil Yogyakarta Berhati Nyaman, Uran-uran Semut Ireng dan tembang lainnya, serta ditutup dengan Sekar Pangkur Segara Kidul.
Agenda ini sudah berlangsung sejak 2016 hingga saat ini, dan rutin digelar setiap tahun sebagai bagian dari upaya pelestarian seni sastra macapat bergaya Yogyakarta.
Seniman macapat yang ikut berperan serta aktif berasal dari semua golongan usia, dari anak SD hingga lanjut usia.
Agenda terbuka untuk umum, gratis bagi seluruh pengunjung Taman Pintar di hari itu.
Kasie Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Ismawati Retno, SIP, MA, pada kesempatan itu mengatakan bahwa, agenda ini terus konsisten dijalankan sebagai bagian dari agenda sastra di Kota Yogyakarta.
“Kami mengemas agenda ini agar dapat disaksikan lebih dekat dengan masyarakat. Taman Pintar dipilih sebagai lokasi acara, mengandung harapan agar pengunjung yang sebagian besar berusia muda dapat menyaksikan langsung pertunjukan seni tradisi yang selama ini semakin jauh dari mereka, karena mencintai dimulai dari sebuah kedekatan,” ujarnya.
Desi, 32 th, salah seorang pengunjung Taman Pintar yang berkesempatan menyaksikan Gelar Macapat tersebut, menyatakan kegembiraannya dapat mengikuti secara langsung pertunjukan budaya tradisional tersebut.
“Saya kagum dengan warisan seni tradisi macapat dari Kraton Ngayogyakarta ini. Tembangnya enak didengar, dan membuat hati saya bergetar. Betapa pendahulu kita pencipta tradisi seni macapat sangat brilian dalam mengemas kata penuh makna menjadi sebuah tembang-tembang yang penuh pesan moral kehidupan,” katanya.