Ia mengaku sudah lama ingin menggunakan kompor listrik untuk membatik. Dengan kompor listrik, proses produksi menjadi lebih efektif dan efisien. Kegiatan pembinaan terhadap para pembatik ke daerah-daerah yang sudah rutin dilakukan menjadi lebih praktis.
“Lebih praktis pakai kompor listrik, panasnya stabil. Apalagi kalau sedang melakukan pembinaan ke daerah-daerah, repot kalau harus membawa kompor minyak tanah, resiko tumpah dan sulit menyalakannya,” imbuhnya.
Baca Juga: Peringatan Hari Berkabung Daerah, Wali Kota Pontianak Ingatkan Jaga Keutuhan Negara
Diakuinya, permintaan batik yang terus meningkat sempat membuat dirinya kewalahan untuk memenuhi pesanan pelanggan. Kegiatan usaha yang dilakukan selain bertujuan untuk melestarikan budaya membatik, pembinaan batik ke daerah-daerah juga bertujuan untuk membentuk SDM pembatik yang berkualitas.
“Kain batik motif Kalimantan seperti tribal Dayak paling banyak diminati, juga motif naga dan pakis, dan yang tak kalah menariknya adalah motif batik yang menggambarkan keragaman suku di Singkawang, yaitu motif tiga penjuru yang mewakili suku Tionghoa, Dayak dan Melayu,” ujarnya.
Ia juga berencana akan ke Dubai dan Belanda untuk melakukan pameran dan menjual karya batiknya bersama para pengrajin dari Batu Malang dan Deli Serdang dalam waktu dekat.
Priska berharap, dengan adanya bantuan dari PLN, usaha batik yang digelutinya selama ini dapat memberikan dampak positif bagi pelestarian budaya batik dan mengembangkan usaha Komunitas Kote Singkawang, sehingga akan lebih banyak masyarakat yang dapat diberdayakan.