Penanganan masalah gizi merupakan upaya lintas sektor untuk mengatasi penyebab langsung, tidak langsung, dan akar masalah melalui upaya intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
AIMI Kalbar hadir dalam dua sektor tersebut sebagai penyeimbang. Melakukan gerakan intervensi spesifik melalui gerakan ASI eksklusif 0-6 bulan pertama, dan melanjutkan ASI hingga usia anak 2 tahun dengan kontribusi sekitar 30 persen masuk melalui pembukaan kelas-kelas edukasi dan sosialisasi kepada ibu muda serta keluarga untuk program ASI Eksklusif.
Kemudian untuk intervensi sensitif, AIMI Kalbar masuk dengan kontribusi lebih banyak lagi dengan melakukan kegiatan dan upaya-upaya nyata melalui pembentukan kampung PMBA di beberapa titik bekerjasama dengan kader posyandu setempat. Jika di total sejak peluncuran pertama program sosialisasi PMBA ini, sudah ada 26 posyandu binaan AIMI Kalbar di tiga kecamatan.
Melalui PMBA ini, AIMI Kalbar berharap kepada para kader-kader posyandu binaan mempunyai pengetahuan tentang ASI eksklusif dan MP-ASI serta keterampilan pemantauan pertumbuhan dan keterampilan memberikan konseling.
Peranan tenaga kader posyandu sangat besar terhadap keberhasilan Pemberian makan bayi dan Anak (PMBA), peningkatan pemberdayaan ibu, peningkatan dukungan anggota keluarga serta peningkatan kualitas makanan bayi dan anak yang akan meningkatkan status gizi balita. Untuk ibu yang ikut diharapkan memiliki pengetahuan tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), agar mampu memberikan ASI eksklusif dan menyiapkan MP-ASI yang sesuai di masing-masing keluarga.
Dalam prakteknya, kader posyandu binaan sebelum terjun ke lapangan dibekali dengan pelatihan pemberian makan bayi dan anak selama tiga hari. Hal ini dilakukan untuk membekali mereka dengan pengetahuan, keterampilan dan alat untuk mendukung ibu, ayah dan pengasuh dalam meningkatkan praktek pemberian makan kepada bayi dan anak mereka secara optimal.
Baca Juga: Mengenang Sosok Saliman, Kakek Kadisporapar Kalbar yang Jadi Korban Kekejian Jepang