Jemur persemaian dengan penghalang seperti paranet atau plastik anti-UV. Setelah benih berumur 20-30 hari atau berdaun 4-5 helai, bibit dapat dipindahkan ke dalam pot atau polybag yang lebih besar besar.
Baca Juga: Biang Keladi Kemiskinan! Ini 5 Pohon Pembawa Musibah dan Sial
Media tanam dan penanaman
Jika menanam cabai di pot atau polybag, gunakan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1.
Jika tanah terlalu padat, Tambahkan sekam bakar dengan perbandingan antara tanah, pupuk kandang atau kompos, dan sekam bakar yaitu 3:2:1.
Sementara itu, ukuran pot atau polybag besar yang dianjurkan adalah 40x50 cm.
Penanaman atau pemindahan bibit dari polybag kecil ke polybag besar sebaiknya dilakukan pada sore hari agar bibit mempunyai waktu yang cukup untuk beradaptasi pada malam hari.
Bibit yang dapat ditanam adalah yang telah berumur 20-30 hari atau berdaun 4-5 lembar.
Akan tetapi, sebelum memindahkan bibit cabai, siram media tanam terlebih dahulu.
Selanjutnya, keluarkan bibit dari wadah pembibitan secara perlahan lalu tanam di pot atau polybag besar.
Perawatan
Perawatan yang baik tentu akan menghasilkan tanaman cabai yang sehat, subur, dan berbuah lebat.
Semua elemen perawatan, seperti penyiraman, penyiangan, dan pemupukan, harus dilakukan secara disiplin serta sabar.
Lakukan penyiraman setiap hari pada pagi atau sore hari jika tidak hujan, sedangkan penyiangan dilakukan sebanyak sekali dalam dua minggu dengan cara membuang rumput-rumput liar yang ada di dalam dan di sekitar pot atau polybag.
Pangkas tunas samping serta sebagian daun yang telah tumbuh hingga ketinggian 15-25 cm dari permukaan tanah.
Pemangkasan bertujuan untuk menghindari percikan air penyiraman yang menempel di sejumlah bagian tanaman.
Dengan begitu, batang menjadi kokoh dan kuat, pertumbuhan bagian atas tanaman lebih sempurna, dan sirkulasi udara pun lebih baik.
Setelah itu, pasang penyangga menggunakan bahan yang kuat, seperti kayu, bambu, atau bahan lainnya.
Baca Juga: Tanpa Pelihara Tuyul, 7 Tanaman Ini Bikin Seisi Rumah Kaya Permanen!
Pemupukan
Setelah tanaman berusia 1 bulan, mulai berikan pupuk kimia atau NPK. Kemudian, siram media tanam dengan larutan pupuk sebanyak 200 ml setiap 10 hari sekali.
Sebagai alternatif, gunakan pupuk tambahan, seperti air cucian beras, air cucian daging atau ikan, pupuk cair (urine ternak), dan pupuk nabati seperti daun Titonia.
Saring air cucian beras atau air cucian daging dan ikan sebelum digunakan. Jika memilih urine ternak, gunakan yang telah difermentasi.
Pengendalian hama
Para pecinta tanaman yang memiliki tanaman cabai tentu tahu, hal tersulit dalam perawatan tanaman cabai mencegah serangan hama dan penyakit.
Hama yang banyak menyerang tanaman cabai rawit antara lain ulat tanah, ulat grayak, ulat buah, kutu kebul, kutu daun, trips dan tungau.
Sementara itu, penyakit yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain, virus kuning, busuk buah antraknos, layu fusarium, layu bakteri, dan bercak daun.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menerapkan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu melakukan budidaya secara sehat yang diawali dengan pemilihan varietas berkualitas baik, bebas serangan OPT, perlakuan benih, sterilisasi media semai, penyiraman, sanitasi lahan dan pemupukan secara teratur, serta pengamatan rutin setiap pagi dan sore hari.
Saat terdapat hama yang menyerang tanaman, ambil dan singkirkan segera sebelum menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
Selanjutnya, semprotkan pestisida alami seperti minyak seraiwangi dengan dosis 1-3 cc per liter air yang ditambahkan sedikit deterjen.
Panen dan pasca panen
Buah cabai rawit dapat dipanen saat berumur sekitar 80-90 hari setelah tanam (HST), hal ini bergantung pada varietas dan ketinggian tempat tanam.
Panen sebaiknya dilakukan pada cuaca cerah dan dilakukan setiap seminggu sekali.
Jika budidaya dilakukan dengan benar, cabai rawit mampu berproduksi hingga dua sampai tiga tahun.
Baca Juga: Kaget Banget! Hama Ulat pada Tanaman Hilang Seketika Pakai 2 Bahan Ini