Namun, Josua menambah, pelemahan rupiah yang berlanjut diperkirakan akan berdampak juga pada utang luar negeri atau ULN pemerintah.
"Akan tetapi, secara keseluruhan mengingat kondisi fundamental ekonomi Indonesia baik dan ditopang oleh neraca transaksi berjalan pada kondisi yang sehat dan cadangan devisa yang solid maka diperkirakan akan tetap mendorong stabilitas rupiah," tutur dia.
Harga impor meningkat
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebutkan, kondisi rupiah saat ini perlu jadi perhatian.
Sebab ia menilai, pelemahan kurs dikhawatirkan memicu kenaikan biaya impor terutama pangan.
"Sejauh ini imported inflation belum dirasakan karena produsen masih menahan harga di tingkat konsumen. Tapi ketika beban biaya impor sudah naik signifikan akibat selisih kurs maka imbasnya ke konsumen juga," kata dia.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani: Waspada Krisis Pangan Global Sumber Inflasi
Selain itu, beban utang luar negeri sektor swasta berpotensi meningkat, karena pendapatan sebagian besar diperoleh dalam bentuk rupiah sementara bunga dan cicilan pokok berbentuk valas.
Situasi ini disebut akan mendorong swasta lakukan berbagai cara salah satunya efisiensi operasional.
"Tidak semua perusahaan swasta yang memiliki ULN lakukan hedging," ucap Bhima.