Sonora.ID - Baru-baru ini, publik dibuat gaduh oleh ulah sekelompok remaja yang menghadang truk di jalan guna membuat konten.
Aksi semacam itu sempat terekam oleh video amatir yang lantas viral di internet.
Hal tersebut lantas mendorong sekelompok remaja yang lain melakukan hal yang sama.
Umumnya, kelompok remaja tersebut akan bersembunyi di pinggir jalan di tempat yang tidak dapat dilihat oleh orang lain dalam pandangan sekelebat.
Baru ketika truk hendak lewat, mereka akan menuju ke tengah jalan untuk menghadangnya.
Aksi ini tentu membuat banyak pihak gerah.
Pasalnya, selain membahayakan nyawa pelaku, aksi penghadangan dilakukan atas alasan yang kelewat konyol; membuat konten.
Tak jarang, dalam beberapa kasus, pelaku menjemput maut karena terlindas truk yang mereka hadang karena sebelumnya truk melaju dalam kecepatan kencang.
Namun, kejadian semacam itu tampaknya tak membuat pelaku jera.
Baca Juga: Truk Kecelakaan di Tol Bandara Menyebabkan Kemacetan Panjang
Perlu Ada Edukasi
Mengomentari fenomena ini, dalam sebuah wawancara dengan Kompas.com, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia, Sony Susmana, menyatakan bahwa jalan raya merupakan fasilitas umum yang digunakan oleh banyak jenis kendaraan, dan bukan tempat untuk bermain.
“Jalan raya itu tempatnya mesin bergerak atau beraktivitas dengan kecepatan yang berbeda-beda. Bagaimana jika pengemudi tidak siap mengantisipasi hal itu? Bisa saja mobil mengalami selip hingga terjadi kecelakaan,” terang Sony kepada Kompas, dikutip Sonora.id pada Jumat (8/7/2022).
Menurut Sony, tindakan remaja untuk menghadang truk semacam itu harus segera ditertibkan.
Pemerintah dan masyarakat pada umumnya mesti memberi edukasi bahwa tindakan tersebut betul-betul berbahaya.
“Ini harus ditertibkan dan dimintakan pertanggung jawaban dari mereka. Mereka harus paham bahaya di jalan raya bahwa mengemudi kendaraan itu tidak semudah teori, apalagi untuk mobil truk yang jarak berhentinya panjang,” tambah Sony.
Pandangan Psikolog
Bila Sony memberi pandangan soal fenomena ini dari segi keselamatan, para psikolog memandangnya dalam kacamata kejiwaan atau mental.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Wiwin Hendriani, mengatakan bahwa alasan kejiwaan menjadi duduk perkara remaja melakukan aksi tersebut.
Menurut Wiwin, para remaja masih mengalami perkembangan mental dan belum sepenuhnya matang.
Mereka terus berproses untuk mengidentifikasi diri dan kepribadiannya.
Baca Juga: Lewat Aplikasi Elsimil, BKKBN Edukasi Remaja untuk Cegah Stunting
"Hal ini bermuara pada sikap dan perilaku yang labil, mudah terbawa pengaruh sekitar, mudah terstimulasi oleh hal-hal yang menarik baginya, dan banyak didorong oleh kebutuhan memperoleh pengakuan orang lain," terang Wiwin, dikutip dari Kompas.com, Kamis (16/6/2022).
Mengambil pelajaran dari fenoma ini, Ketua Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI) juga menegaskan bahwa orang tua mesti fokus mendampingi anak-anaknya yang masih berada pada fase remaja.
Baca Juga: Pentingnya Peran Orangtua dalam Membentuk Karakter Anak saat Remaja