Hasil dari penelitian yang dilakukan Ajifandi dan tim menunjukkan bahwa jenis tanah yang terdapat di empat stasiun penelitian termasuk ke dalam jenis tanah sedang dengan potensi kerusakan yang tidak terlalu tinggi.
Namun, terdapat satu stasiun yang termasuk ke dalam jenis tanah lunak dengan potensi kerusakan yang cukup tinggi.
“Secara geografis, Lampung terletak di wilayah tektonik yang cukup aktif. Sehingga, sangat wajar jika di beberapa wilayah terdapat tingkat potensi kerusakan yang cukup tinggi” tutur Ajifandi.
Pakar seismologi sekaligus dosen pembimbing penelitian, Sandy Kurniawan Suhardja, Ph.D, menyatakan, idealnya mitigasi bencana tidak hanya dilakukan di level akademik melalui penelitian terhadap pemetaan maupun penanggulangan bencana.
“Kerja sama antar institusi mulai dari pemerintah, organisasi swasta, hingga keterlibatan masyarakat juga perlu terus digalakan. Guna membangun kesadaran pentingnya meminimalisir dampak bencana. Dalam penelitian yang dilakukan Ajifandi dan tim misalnya, kami juga bekerja sama dengan pihak Komite Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG untuk penyediaan data yang akurat dan mutakhir,” pungkasnya.