Menteri Teten menyebut, kekuatan ekonomi Indonesia terletak pada penguatan UMKM. Di tengah ancaman krisis pada ekonomi global, UMKM terbukti tangguh dari krisis ke krisis.
"Bagaimana UMKM kita dampingi dan beri space. Maka mereka tangguh. UMKM tak lagi ditempatkan sebagai buffer tetapi sebagai ekonomi subsisten, yakni sebagai fondasi ekonomi nasional," kata Menteri Teten.
Ke depan kata MenKopUKM, diharapkan rest area seperti ini dapat terus bertumbuh di berbagai kota, sebagai ruang usaha bagi UMKM minimal 30 persen pada infrastruktur publik. Sehingga dapat menambah destinasi pariwisata, dan meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.
Untuk itu, Menteri Teten mengajak seluruh pihak bahu-membahu menciptakan ekosistem usaha yang kondusif bagi UMKM dan koperasi.
"Mari kita berbelanja produk lokal, guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.
Baca Juga: Pemkot Makassar Kembangkan UMKM Berbasis Digital di Lorong Wisata
Dalam kesempatan tersebut, Deputi Bidang UKM Hanung Harimba Rachman melaporkan, jumlah pelaku UMKM yang berada di Rest Area KM 260B Banjaratma ini sebanyak 158 UMKM, terdiri dari 130 UMKM dengan produk makanan, minuman, kerajinan dan oleh-oleh, serta 28 UMKM dengan produk fesyen pada Sentral Batik Indonesia.
Sementara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menuturkan, sebelum rest area ini dibangun seperti saat ini, situasinya lebih seperti bangunan yang terbengkalai. Namun setelah dibangun, Rest Area KM 260B Banjaratma menjelma menjadi destinasi wisata belanja dan kuliner.
“Sebelum dibangun sempat jadi rumah hantu, tapi sekarang sudah cantik sekali penataannya. Bahkan ke depan area ini akan diisi juga dengan seni pertunjukan hingga event-event menarik,” ucap Ganjar.
Ia juga meminta, agar ada negosiasi yang baik terkait harga sewa dari para pengelola dengan UMKM. Sebab lantaran COVID-19, banyak UMKM yang kesulitan. Namun sekarang kondisi yang mulai bangkit, diharapkan mampu mendorong pendapatan dan kesejahteraan UMKM.