Sonora.ID - Diketahui bahwa belakangan ini harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi sorotan yang luar biasa karena mengalami kenaikan yang juga luar biasa, bahkan seorang public figure, Raisa pun kaget ketika mengisi BBM kendaraannya.
Meski saat ini pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan untuk pembelian BBM subsidi dengan penggunaan aplikasi, tetapi hal ini masih memberatkan masyarakat.
Bahkan dikutip dari Kompas.com, Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko pun mengakui saat ini negara sedang dalam situasi yang tidak menguntungkan untuk semua pihak karena naiknya harga energi di dunia.
Ketika BBM tidak dinaikkan harganya maka negara yang harus menanggung harga tersebut atau yang kerap disebut sebagai subsidi.
Sedangkan negara juga masih memiliki segudang PR.
“Kita sekarang ini menghadapi situasi yang tidak enak, yakni persoalan energi. Mau harga BBM dinaikkan masyarakat lagi sulit. Tidak dinaikkan negara kesulitan, karena untuk subsidinya ke harga BBM itu luar biasa,” paparnya tegas.
Hal ini terjadi karena efek domino dari kenaikan harga minyak mentah dunia yang meningkat.
Dengan demikian membawa pengaruh besar kepada APBN Indonesia, pasalnya diproyeksikan tidak sampai 70 dollar AS per barrel dari APBN yang disiapkan.
Sedangkan saat ini harga minyak mentah per barrel sudah di angka lebih dari 100 dollar AS.
Baca Juga: Kata Pengamat soal Kenaikan Harga BBM Non Subsidi & Pelemahan Rupiah
Dengan selisih yang tidak sedikit, Moeldoko mengungkap sebenarnya harga BBM di Indonesia masih terbilang murah jika dibandingkan dengan harga BBM di negara lain.
“Bayangkan pemerintah harus menyubsidi besarnya luar biasa dan subsidi itu lari kepada orang-orang yang tidak tepat. Karena subsidinya subsidi terhadap barang,” sambung Moeldoko tegas.
Sebelumnya, langkah pemerintah untuk menggunakan aplikasi agar subsidi BBM jatuh di tangan yang tepat sempat mengagetkan publik, hingga saat ini pun masih terus dilakukan sosialisasi penggunaan aplikasi demi subsidi yang efektif.
Di sisi lain, pemerintah pun harus tetap menanggung subsidi yang tinggi karena peningkatan harga minyak mentah yang signifikan.
Baca Juga: Jika Tidak Subsidi, Segini Harga Asli Solar dan Pertalite Seharusnya