Andrea Cipriani mengungkapkan bahwa tingkat efektivitas sebuah pengobatan untuk menurunkan risiko insomnia sangat penting karena berdampak pada kesehatan pasien.
Studinya itu dilakukan dengan menggunakan 154 data dari uji coba secara acak yang terkontrol, mencakup lebih dari 44.000 orang.
Baca Juga: Habis Ketemu Orang Malah Bikin Overthinking, Begini Cara Menyikapinya!
Ada sekitar 30 perawatan farmakologis yang berbeda. Tujuannya itu
Metode yang digunakan, yaitu memastikan efektivitas hingga efek samping penggunaan sebentar dan jangka panjang.
Hasil dari dua obat yang dianggap efektif mengatasi insomnia, yakni lemborexant dan eszopiclone.
Sementara obat insomnia yang sudah sering digunakan seperti benzodiazepin dan zolpidem, hanya bermanfaat untuk jangka pendek.
Katanya, tidak ada bukti kemanjuran jika dikonsumsi jangka panjang.
"Mengingat semua hasil pada titik waktu yang berbeda, lemborexant dan eszopiclone memiliki profil terbaik dalam hal kemanjuran, penerimaan, dan tolerability," jelasnya.
"Namun, eszopiclone dapat menyebabkan efek samping yang substansial dan data keamanan pada lemborexant tidak dapat disimpulkan," pungkas peneliti.
Kendati begitu, baik eszopiclone dan lemborexant, meski dianggap efektif untuk menangani insomnia hingga kini belum mendapatkan izin penggunaan di Eropa.