Sonora.ID - Yayasan Save the Children Indonesia menyebutkan salah satu contoh krisis iklim yang berdampak pada anak, terjadi pada Rahmi berusia 17 tahun di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.
Rumahnya terendam air laut karena abrasi pantai, Rahmi tak bisa sekolah, ayahnya kehilangan mata pencaharian, dan keluarganya sakit gatal-gatal karena kekurangan air bersih.
"Itu hanya satu contoh dan kita bisa melihat dengan begitu banyaknya bencana alam yang terjadi, ini direplikasi atas ribuan bahkan mungkin jutaan anak-anak Indonesia yang merasakan dampak krisis iklim. Karena itu, bagi Save The Children krisis iklim adalah sama dengan krisis hak-hak anak," ucap Ketua Yayasan Save the Children Indonesia, Selina Patta Sumbung dalam sebuah webinar, Jum'at (22/07/2022)
Pihaknya meminta negara memitigasi dan mendorong penggunaan anggaran untuk mengatasi perubahan iklim, sehingga program pemerintah, peka dan melibatkan anak.
Baca Juga: Rayakan Hari Anak, Kemensos Gelar Sunatan Massal untuk Kalangan Kurang Mampu
"Kami juga berupaya meningkatkan kesadaran bahwa krisis iklim adalah krisis terhadap hak-hak anak sehingga penting untuk menempatkan hak anak dan suara anak dalam setiap agenda pembahasan iklim"
"Mendorong pembiayaan negara, penggunaan anggaran untuk mengatasi perubahan iklim ini sehingga program-program pemerintah tersebut peka terhadap anak, melibatkan anak, dan membuat program-program yang berpihak pada anak dengan semua stakeholder mereka," lanjut Selina.
Selina menyebut anak-anak Indonesia saat ini beresiko terancam dampak krisis iklim seperti, lebih dari satu kali lebih banyak kebakaran hutan, 3 kali lebih banyak banjir luapan sungai, 3 kali lebih banyak gagal panen, 2 kali lebih banyak kekeringan, 7 kali lebih banyak gelombang panas.
Mengutip savethechildren.or.id, Berdasarkan laporan Save the Children International, Born Into The Climate Crisis, aktivitas manusia yang melakukan eksplorasi berlebihan pada bahan bakar fosil dan industri perusak lingkungan lainnya, serta kelambanan pemerintah dalam mengambil kebijakan yang berpihak pada lingkungan, menyebabkan anak-anak yang akan menanggung beban kerugian.
Baca Juga: Putra Siregar Pilih Rugi Miliaran Tutup PS Glow Demi Damai dengan MS Glow: Allah Sudah Atur Rezeki!
"Seperti terganggunya kesehatan, hingga kehilangan lahan atau tanah, warisan budaya, pengetahuan lokal, dan keanekaragaman hayati sebagai akibat dari krisis iklim"
savethechildren.or.id juga memaparkan rekomendasi Save the Children Internasional untuk pemerintah, sektor swasta, dan lembaga multilateral, yaitu:
1. Mengambil tindakan ambisius dan mendesak sekarang untuk membatasi pemanasan hingga maksimum 1,5°C di atas tingkat pra-industri, termasuk dengan secara cepat menghapus penggunaan dan subsidi bahan bakar fosil.
2. Sebagai pengakuan bahwa krisis iklim adalah masalah hak anak yang pertama dan terburuk mempengaruhi anak-anak. Ini termasuk memenuhi janji yang belum terpenuhi untuk memobilisasi setidaknya USD 100 miliar per tahun, dengan setidaknya 50% berkontribusi terhadap langkah-langkah adaptasi yang mendukung negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dalam mengelola dampak perubahan iklim yang tak terhindarkan, selain mengejar jalur pembangunan hijau.
3. Mengakui anak-anak sebagai pemangku kepentingan yang setara dan agen perubahan utama dalam menangani krisis iklim dan lingkungan, termasuk dengan membangun mekanisme dan platform yang ramah anak untuk memfasilitasi keterlibatan formal anak-anak dalam pembuatan kebijakan iklim.
4. Meningkatkan sistem perlindungan sosial untuk mengatasi peningkatan dampak guncangan iklim pada anak-anak dan keluarga mereka, dengan ambisi untuk beralih ke manfaat anak universal dari waktu ke waktu sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan anak dan membangun ketahanan.