Keadaan di Yaman memanas sejak September 2014 saat kelompok Houthi berhasil mengambil alih pemerintahan dan mengkudeta Istana Kepresidenan di Sanaa pada Januari lalu.
Abd-Rabdu Mansour Hadi dipaksa mundur dari jabatannya dan menjadi tahanan rumah.
Namun Hadi berhasil melarikan diri dan mendeklarasikan bahwa pemerintahannya masih berjalan.
Ketika itu Hadi kabur ke Aden. Houthi berhasil menyerang masuk ke Aden yang berbatasan dengan Arab Saudi.
Guna mencegah Houthi masuk ke wilayah, Saudi mengirim pasukan bersenjata ke perbatasan.
Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych
Presiden Ukrania, Viktor Yanukovych kabur ke Rusia saat situasi di negaranya kacau pada Februari 2014 lalu.
Ia berhasil lari ke Rusia dengan bantuan Moskow. Ketika itu Yanukovych mengaku tak akan kembali ke Ukrania tanpa jaminan keamanan atas diri serta keluarganya.
Yanukovych kabur setelah demonstrasi di Kyiv terjadi selama berbulan-bulan.
Massa menentang keputusan Ukrania yang menjauhkan dengan Uni Eropa dan memperkuat hubungan ekonomi dengan Rusia.
Insiden itu setidaknya menewaskan 1.000 korban jiwa tapi Yanukovych mengaku bertanggung jawab atas hal tetrsebut.
Pemerintah Ukrania pro-Barat menuduh Yanukovych dan keluarga menghimpun kekayaan dengan merampok uang negara dan menghabisi aset nasional melalui kesepakatan yang dinilai korup.
Baca Juga: 6 Negara Ini Ternyata Lancar Ngomong Bahasa Jawa! Dari Kecil Sudah Medok Logatnya
Presiden Uganda, Idi Amin
Pemerintahan Idi Amin dikenal melanggengkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), termasuk represi politik, penganiayaan etnis, dan pembunuhan di luar proses hukum.
Pengamat internasional HAM memperkirakan antara 100.000 - 500.000 orang tewas di bawah rezim Idi Amin, seperti dikutip dari The Guardian.
Pemerintahannya juga dikenal korupsi, nepotisme, tidak mampu mengurus ekonomi untuk rakyat, dan mendukung pembajak teroris di Operasi Entebbe.
Saat pemerintahan Idi Amin berusaha mencaplok wilayah Kagera, Tanzania pada 1978, Presiden Tanzania merespons memerintahkan pasukan untuk menyerang Uganda.
Tentara Tanzania dan pasukan pemberontak di Uganda berhasil merebut Kampala pada 11 April 1979 dan menggulingkan Amin dari jabatan.
Presiden Uganda ini lalu kabur ke Libya, Irak, dan kemudian menetap di Arab Saudi hingga meninggal pada 16 Agustus 2003.
Shah Iran, Mohammad Reza Pahlavi
Reza Pahlavi adalah Shah (Raja) terakhir Kekaisaran Iran yang memerintah dari 1941 sampai digulingkan pada 1979 lewat Revousi Iran.
Karena merupakan Shah terakhir, ia juga dikenal hanya dengan sebutan Shah.
Pahlavi dikenal dengan sejumlah langkah pembangunan yang didukung rakyat, antara lain menasionalisasi industri minyak milik Inggris, lalu bergabung dengan OPEC sehingga menaikkan harga minyak.
Ia juga dikenal cakap sebagai negarawan setelah merancang investasi lewat infrastruktur, subsidi dan hibah tanah untuk petani, pembangunan fasilitas nuklir, bagi untung untuk pekerja industri, nasionalisasi sumber daya alam, hingga program literasi yang dinilai sebagai salah satu yang terbaik di dunia.
Pahlavi juga mendukung industri nasional lewat manufaktur mobil, peralatan, dan lainnya.
Namun pada 1978, terjadi kerusuhan politik yang mengarah pada penggulingan monarki.
Pada Revolusi Iran tersebut, ribuan warga tewas oleh pasukan militer. Pada 17 Januari 1979, Shah kabur ke Mesir, tempat ia diberi suaka oleh Presiden Anwar Sadat dan meninggal di pengasingan pada 27 Juli 1980.
Baca Juga: Sering Dikritik Rakyat Sendiri, 5 Negara Ini Justru Cinta Mati Sama Presiden Jokowi!
Presiden Georgia, Mikheil Saakashvili
Mantan Presiden Georgia, Mikheil Saakashvili, disebut mengasingkan diri ke Ukraina.
Lalu pada 1 Oktober, ia kembali ke Georgia untuk menghadapi oposisi dalam pemilihan lokal.
Namun kepulangan menghadapi ancaman enam tahun penjara usai dinyatakan bersalah secara in absentia pada 2018.
Ketika itu, ia dianggap menyalahgunakan jabatannya selama masa kepresidenannya 2004-2013.
Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa
Ketika massa menggeruduk rumah Gotabaya Rajapaksa pekan lalu, militer berhasil mengamankannya di pangkalan Angkatan Laut.
Gotabaya rupanya dilaporkan akan terbang ke Uni Emirat Arab. Namun pihak imigrasi mencegat Gotabaya dan keluarga.
Setelah gagal terbang, beredar kabar Gotabaya akan menggunakan jalur laut ke Maladewa, India lalu ke Uni Emirat Arab.
Namun pada akhirnya Gotabaya dan rombongan terbang menggunakan pesawat militer pada Rabu (13/7/2022) dini hari.
Moda transportasi ini dipilih dengan mempertimbangkan keamanan.
Baca Juga: Gawat Populasi Warga di 5 Negara Ini Terancam Punah! Tiap Tahun Makin Berkurang