Dalam beberapa kasus, bahan kimia dan alat uji berguna untuk mengidentifikasi cairan tubuh atau jejak lain yang terkait dengan kejahatan.
Ahli juga menggunakan beberapa obor berteknologi tinggi yang dapat memancarkan jenis cahaya tertentu untuk membantu melihat petunjuk tak kasat mata.
Setelah mengumpulkan bukti, para tim berdiskusi untuk mengajukan hipotesis tentang apa yang telah terjadi.
Pengujian Jejak Darah, Air Mani, dan Cairan Tubuh Lainnya
Di tempat kejadian, penyelidik forensik memiliki seperangkat alat untuk membantu mengidentifikasi cairan tubuh seperti air mani dan darah. Pengujian akan adanya darah ini sudah ditemukan sejak abad ke-20.
Bahan kimia yang disebut adalah fenolftalein. Ia akan dijatuhkan ke sampel yang dicurigai, kemudian dengan cepat harus langsung diberi setetes hidrogen peroksida.
Bahan kimia ini dapat mendeteksi kandungan hemoglobin dalam darah. Jika cepat berubah menjadi merah muda, kemungkinan besar ada darah dalam sampel.
Pendeteksian darah juga dapat menggunakan luminol. Namun, yang membedakan adalah ia dapat mendeteksi noda darah lama atau bekas yang sudah coba dihilangkan oleh seseorang.
Penyelidik biasanya akan menyemprotkan luminol dan bahan kimia lainnya pada area yang gelap. Jejak darah tersebut ditunjukkan dengan adanya cahaya biru.
Ada pula metode lain yang disebut uji asam fosfatase. Pengujian ini dapat mendeteksi enzim yang dikeluarkan dari kelenjar prostat sehingga biasanya ia digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan air mani.