Saat perkenalan pertama kali, anak yang pemalu biasanya tidak akan langsung menjawab ketika disapa. Sebagai orangtua, sering kali khawatir anak menjadi lebih takut atau orang yang menyapa akan lama menunggu.
Tetapi jangan pernah katakan kepada orang-orang tersebut bahwa anak pemalu. Hal tersebut bisa membuat anak menginterpretasikan rasa malu sebagai ketidakberdayaan. Beberapa anak hanya perlu meluangkan waktu mencari respons yang tepat, bahkan jika mereka hanya tidak dapat mengingat nama mereka sendiri.
Jika pernah berhasil berinteraksi dan berkenalan dengan teman seusianya, ingatkan anak tentang pencapaian tersebut. Beri tahu jika dahulu mereka bisa, sekarang pun pasti bisa.
Orangtua boleh juga mengingatkan anak kembali betapa senangnya ia saat dahulu berani berinteraksi dengan orang lain. Hal ini bisa meningkatkan kepercayaan dirinya untuk menangani situasi yang mengintimidasi.
Untuk melatihnya, dorong anak untuk membuat percakapan dengan bibi atau keluarga lainnya. Ingatkan dia tentang detail dari keluarga tersebut untuk membantunya berpikir. Misalnya, "Kakak Rio dulu sekolah TK-nya sama kayak kamu, loh. Dia juga punya kucing yang lucu di rumah."
Dengan begitu anak akan memahami sedikit informasi dari orang yang ia temui. Hal itu bisa membuat anak tidak terlalu merasa sepupunya itu adalah orang asing.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara meminta anak untuk menyapa dan menyebutkan namanya setiap kali anak bertemu orang baru.
Selain itu, orangtua juga dapat meminta anak untuk melakukan tugas, seperti membeli sesuatu ke warung dan mengucapkan terima kasih. Hal ini bisa membantu anak menambah kepercayaan dirinya. Oleh karenanya, anak akan percaya bahwa ia mampu.
Saat bersama anak, coba bicaralah dengan orang yang ditemui di tempat umum. Dengan melihat orangtuanya berani berinteraksi, anak akan belajar bahwa bersikap ramah adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.
Setelah itu, coba komentari percakapan tersebut seperti, "Lucu dan ramah ya ibu penjual es krimnya? Kapan-kapan kalau kita ke sini lagi, kita beli lagi, yuk."
Baca Juga: Peringati Hari Nak Nasional, Wagub DKI Riza Patria: Anak-anak Penting Untuk Diperhatikan
Bisa Jadi Orangtua yang Membuat Anak Terus Malu?
Kepada Fatherly, Dr. Heidi Kasevich, Direktur Pendidikan Organisasi Introvert Quiet Revolution, mengatakan bahwa ketika orangtua khawatir dengan cara anak bersosialisasi, mereka cenderung mulai mengajukan pertanyaan.
Mereka sering kali justru memicu rasa malu pada anak. Hal ini ia anggap tidak menyelesaikan masalah anak, tapi malah memperburuknya.
Jika orangtua mengajukan pertanyaan yang salah, anak akan berpikir, “Ada apa dengan aku? Kenapa aku tak bisa langsung menyesuaikan diri, seperti orang lain dan apa yang diharapkan semua orang?” Asumsi anak ini hanya akan membawa mereka semakin jauh dari rasa berani.
Kasevich mengatakan bahwa orangtua dapat membantu meredakan kecemasan dengan memberikan pemahaman dan persiapan yang cukup sederhana.
Kita bisa memberitahu anak kalau bersosialisasi sangat bermanfaat hingga mereka dewasa. Kita juga bisa menyemangati anak dan selalu berada di sisinya meskipun ia masih belum berani menyapa orang lain.
Simak cerita terkait interaksi anak dan temannya dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua episode "Dongeng Lubang di Pasir Pantai" hanya di Spotify. Tak hanya itu, ada banyak pula cerita dongeng yang disuguhkan, mulai dari fabel, legenda, hingga cerita kehidupan yang bisa didengarkan bersama anak.
Tunggu apalagi? Yuk, segera ikuti siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbaru!