Sonora.ID - Sebagai salah satu upaya mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, serta dirangkaikan dengan program Grebeg UMKM DIY 2022, Kantor Perwakilan Bank Indonesia D.I. Yogyakarta menyelenggarakan Kegiatan Temu Responden Bank Indonesia: Jogja Economic Forum dengan mengusung tema “Mendorong UMKM sebagai Akselerator Pemulihan Ekonomi DIY”.
Jogja Economic Forum tahun 2022 diselenggarakan secara hybrid, dengan kegiatan offline berlangsung di Ballroom Eastparc Hotel Yogyakarta, dan dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Ketua DPD GPEI DIY, APIKRI, serta perwakilan dari pemda, akademisi dan perwakilan industri. Sementara, kegiatan secara online dihadiri oleh Plt. Sesditjen IKMA KEMENPERIN, serta stakeholders terkait.
Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah menjadi penopang utama ekonomi DIY. Hasil Sensus Ekonomi 2016 menunjukkan 98,4% perusahaan di DIY merupakan UMKM. Perusahaan UMKM tersebut mampu menyerap 79,0% tenaga kerja di DIY.
Baca Juga: Wakapolda DIY Membuka Diktuk Bintara Polri Gelombang II Tahun Ajaran 2022
Kemampuan menyerap tenaga kerja ini terus meningkat dibanding 10 tahun sebelumnya, di mana UMKM pada 2006 hanya mampu menyerap 44,5% dari tenaga kerja DIY.
Hal tersebut senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji, yang menyatakan bahwa “UMKM menjadi sektor yang menyerap tenaga kerja tertinggi, baik di DIY secara khusus, maupun di Indonesia secara umum.” Namun, nilai tambah yang diberikan UMKM terhadap perekonomian secara nasional masih rendah (hollow in the middle). Oleh karena itu, diperlukan penguatan UMKM untuk meningkatkan resiliensi struktur perekonomian.
Dalam rangka meningkatkan akses dan jangkauan UMKM terhadap jasa keuangan, Bank Indonesia memiliki strategi pengembangan UMKM yang terdiri dari peningkatan kapasitas UMKM, peningkatan akses keuangan, meminimalisir kesenjangan informasi, dan peningkatan koordinasi dan kerja sama dengan stakeholders.
Bank Indonesia juga sudah sejak lama mengembangkan penelitian Baseline Economic Survei (BLS) untuk mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang selanjutnya ditujukan untuk memberikan informasi mengenai komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) yang potensial menjadi unggulan daerah untuk dikembangkan dan difasilitasi terkait promosi perdagangan dalam upaya menembus pasar ekspor.
Berdasarkan sektor atas dasar peranannya dalam mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan di kabupaten/Kota, sektor industri pengolahan menjadi sektor yang paling besar dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi DIY, penyerapan tenaga kerja, serta berdaya saing.
Baca Juga: BI DIY Resmikan 7 Pasar dan 1 Mall Siap QRIS
Hal ini senada dengan pemaparan yang disampaikan oleh Ketua DPD GPEI DIY, Yuyun Yunastuti, yang menyatakan bahwa, “99,72% ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan ekspor barang-barang hasil industri pengolahan.” Selanjutnya, sektor yang juga unggul sehingga menjadi potensial untuk dikembangkan lebih lanjut adalah sektor pertanian.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Budiharto Setyawan, dalam sambutannya menyampaikan, ”Dalam upaya pengembangan ke depan, masih terdapat tantangan yang dihadapi oleh para UMKM yang termasuk dalam KPJU Unggulan seperti harga bahan baku yang fluktuatif sehingga kemungkinan besar akan mempengaruhi harga produksi atau harga jual dari produk itu sendiri. Selain itu banyaknya produk serupa membuat persaingan menjadi lebih sengit diantara pelaku usaha. Di sisi lain, permasalahan yang masih menjadi bayang-bayang dari KPJU adalah tingkat produktivitas yang belum optimal, kurangnya pengembangan maupun adopsi teknologi, serta masih terbatasnya jangkauan pemasaran. Namun, kita optimis di tengah tantangan yang ada terdapat peluang dan juga titik kekuatan dari UMKM kita karena permintaan pasar yang besar dan terbuka lebar. Sumber daya manusia di DIY juga sangat memadai sehingga dapat menghasilkan pelaku usaha yang banyak.”
Sejalan dengan pendapat Kepala KPw BI DIY, Yanti Sukamti dari APIKRI juga memaparkan bahwa “Perlu dilakukan pembinaan lebih lanjut kepada UMKM, serta mengaplikasikan 3 (tiga) strategi pemasaran dalam mendukung UMKM go ekspor, yaitu dengan meningkatkan kemampuan pelaku UMKM untuk menemukan dan menciptakan pasar sendiri, mempertemukan pelaku UMKM dengan pasar potensial, serta melakukan tindakan praktis pemasaran ekspor dan lokal bila dua strategi sebelumnya tidak terwujud menjadi hubungan bisnis praktis.”
Baca Juga: Bertemu Gubernur DIY, Sesjen Kemendikbudristek Bahas International Olympiad In Informatics
Untuk itu, Bank Indonesia merekomendasikan kepada Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk dapat menetapkan KPJU unggulan UMKM tersebut sebagai KPJU unggulan UMKM daerah.
Tentunya pengembangan KPJU Unggulan ini perlu melibatkan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak. Peran-peran dari pemerintah daerah, pelaku usaha, akademisi, dan perbankan menjadi penting untuk dapat mendorong UMKM unggulan daerah yang mampu meningkatkan perekonomian baik di provinsi maupun kabupaten/kota.
Kegiatan Jogja Economic Forum diharapkan dapat meningkatkan sinergi yang kuat antara industri kecil, menengah, dan besar dalam sebuah rantai nilai industri dan UMKM, khususnya melalui kegiatan pendampingan intens kepada UMKM potensi ekspor dan promosi perdagangan dalam menuju perekonomian DIY yang lebih kuat.
Rangkaian kegiatan Grebeg UMKM DIY 2022 akan dilanjutkan dengan Jogja Fashion Show di Sleman City Hall pada tanggal 19-21 Agustus 2022 dan Pameran UMKM Potensi Ekspor di Jogja Expo Center.