Sonora.ID - Media sosial dihebohkan dengan video syur mirip penyanyi Ardhito Pramono.
Hingga kini nama Ardhito Pramono pun masih trending dan menjadi perbincangan hangat warganet.
Bayak dari mereka yang mempertanyakan kebenaran dari video syur tersebut.
Dalam sebuah percakapan yang beredar di Twitter, video yang beredar itu memperlihatkan seorang pria mirip Ardhito Pramono tengah merekam aktivitas pribadinya.
Pria tersebut mengenakan earphone seperti sedang video call bersama seseorang sambil melakukan aktivitas masturb*asi.
Beredarnya video ini pun membuat warganet bertanya-tanya.
Penggemar bahkan banyak yang mendesak dan menunggu klarifikasi dari sang idola.
"Ini asli Ardhito nggak sih nggak sengaja tadi pencet link yang lagi trending," tulis warganet di Twitter.
Baca Juga: Lirik Lagu 'Asmara' yang DInyanyikan Oleh Ardhito Pramono
"Sayang, itu bukan kamu, kan?" tulis seorang penggemar dengan emoji sedih.
Hingga artikel ini dirilis, masih belum ada keterangan resmi dari Ardhito Pramono terkait video syur yang diduga mirip dengannya ini.
Terlepas dari itu semua, Ardhito Pramono saat ini sedang fokus mengembangkan kariernya di industri musik Tanah Air.
Setelah masa rehabilitasinya selesai, Ardhito memutuskan untuk kembali berkarya dan memanjakan para penggemarnya dengan sebuah karya.
Rilis album Wijayakusuma
Ardhito Pramono baru saja merilis album baru bertajuk 'Wijayakusuma' pada Rabu (13/7/2022) lalu.
'Wijayakusuma' menjadi kumpulan karya keenam dari Ardhito Pramono yang sebebelumnya sudah merilis lima album pendek yakni 'Ardhito Pramono' (2017), 'Playlist, Vol. 2' (2017), 'a letter to my 17 year old' (2019), 'Craziest thing happened in my backyard' (2020), dan 'Semar & Pasukan Monyet' (2021).
Pada album kali ini Ardhito Pramono berani keluar dari zona nyamannya.
Mengapa tidak, yang biasa selalu menyanyikan lagu dengan lirik full bahasa Inggris, kini delapan lagu dalam album 'Wijayakusuma' full berbahasa Indonesia.
Baca Juga: Lirik Lagu 'Asmara' - Ardhito Pramono, Duhai asmara Izinkan kumenitip doa
Bahkan ada sentuhan Indonesia sebagai dasar utama di album ini.
“Gue melihat banyak sekali dampak kurang baik dari karya gue selama ini yang menggunakan bahasa Inggris,” ungkap Ardhito.
“Misalnya, teman-teman musisi baru yang akhirnya ikut memilih menggunakan bahasa Inggris dalam karyanya. Gue tidak ingin bahasa kita lenyap digantikan oleh bahasa asing dalam sebuah pengkaryaan.” lanjutnya.
Ardhito mengatakan jika album ini sangat pekat dengan nuanasa pop Indonesia periode empat hingga lima dekade silam.