2. Dampaknya terhadap Bumi dan Indonesia
Karena letak Matahari berada pada galaksi yang sama dengan Bumi, yaitu Bima Sakti, maka fenomena dari badai Matahari tidak begitu terasa bagi penduduk Bumi. Pasalnya, planet Bumi memiliki medan magnet kuat sehingga rentetan puing-puing dari matahari akan terserap dan hanya akan memicu badai geomagnetik.
Di mana, selama badai Matahari terjadi, medan magnet di Bumi akan sedikit terkompresi oleh gelombang partikel yang sangat energik. Dan nantinya, partikel-partikel ini menetes ke bagian bawah garis medan magnet dekat kutub dan menggerakkan molekul di atmosfer, serta melepaskan energi berbentuk cahaya untuk menciptakan aurora berwarna-warni.
Para ilmuwan sendiri menyakinkan, badai yang dihasilkan oleh puing-puing ini bernilai lemah dan badai yang terjadi hanya sekelas geomagnetik G1 yang hanya berpotensi menyebabkan fluktuasi kecil pada jaringan listrik dan mempengaruhi beberapa fungsi satelit, seperti perangkat seluler (smartphone) dan sistem GPS.
Sedangkan, mengenai dampak yang terjadi di Indonesia, Thomas Djamaludin peneliti senior di BRIN, menyampaikan akan ada beberapa dampak yang terjadi akibat hantaman fenomena badai Matahari ini.
Di mana, ia menjelaskan, gangguan yang terjadi di ionosfer nantinya bisa berupa gangguan komunikasi radio gelombang pendek dan pembacaan posisi oleh GPS menjadi kurang akurat. Selain itu, badai Matahari ini juga bisa menyebabkan lemahnya sinyal internet.
3. Aktivitas yang terjadi pada Matahari, Geomagnetik, dan Ionosfer
Adapun aktivitas yang terjadi pada Matahari saat ini adalah ada 3 flare kelas C yang terjadi dalam kurun 24 jam terakhir, yaitu Flare kelas maksimum C4.2 dari NOAA 3066 yang memuncak pada pukul 15:33 UT dalam 24 jam terakhir.
Baca Juga: Mengaku Dewa Matahari, Pria Asal Lebak Sebut Allah SWT Sederajad dengan Setan
Di mana, ada juga CME yang berarah barat dan memiliki kecepatan rata-rata tertinggi 422 km/s dengan lebar sudut 26°. Sedangkan, CME yang berarah timur memiliki kecepatan rata-rata tertinggi 1420 km/s dan lebar sudut 16°.
Sedangkan, aktivitas geomagnetiknya sendiri berada pada level tenang selama 24 jam terakhir.
Di mana, kecepatan angin Matahari hanya meningkat dari 432 km/s menjadi 558 km/s, dengan komponen medan magnet antarplanet utara-selatan yang berfluktuasi antara -6,5 nT dan 6,4 nT.
Selain itu, diperoleh juga CME pada 2 Agustus 2022 kemarin pukul 04:00 UT sebagian besar meletus ke arah barat laut dengan kecepatan 422 km/s dan lebar sudut 26° yang bersifat
geoefektif dan tidak akan ada kemungkinan yang berdampak di 24 jam ke depan.
Terakhir, aktivitas pada Ionosfer berada dalam kondisi tenang selama 24 jam terakhir.
Tidak ada depresi foF2 lebih rendah dari 30% nilai median, tapi ada peningkatan fmin lebih dari 30% nilai median dalam durasi 180 menit, selain itu, Sporadic -E juga terjadi pada malam dan siang hari selama 555 menit.
Di mana, aktivitas ionosfer yang diperoleh dari pembacaan ini memprediksi selama 24 jam ke depan akan sepi.
Baca Juga: Nggak Kenal Matahari Terbenam, 6 Negara Ini Siang Terus Tanpa Gelap 24 Jam Nonstop, Kok Bisa?