Tim peneliti, kata dia, mengidentifikasi virus atau fag yang memiliki potensi untuk melawan bakteri dan mengujinya terhadap bakteri in vitro, kemudian pada tikus dengan Crohn dan kolitis ulserativa.
"Dari hasil tersebut, kami dapat melihat virus mana yang paling efektif. Kami kemudian memilih virus terbaik dan mencobanya di perangkat lab yang meniru usus manusia, dan mendapatkan hasil yang bagus," jelas Federici.
Dalam perkembangan terakhir, dua kombinasi virus atau 'koktail' dirawat dalam uji klinis Fase 1.
"Peserta studi mengambil fag selama 6 hari dan tidak ada reaksi yang merugikan. Fag bertahan dan bahkan berkembang biak pada usus manusia dari waktu ke waktu, namun tidak menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan pada sisa mikroba usus," papar Federici.
Fag saat ini akan menjalani pengujian klinis lebih lanjut untuk melihat apakah mampu melawan bakteri dan bermanfaat bagi kesehatan.
Para peneliti Weizmann berharap dapat mengembangkannya menjadi obat yang baik untuk mengobati Crohn dan kolitis ulserativa atau mungkin mencegah penyakit diantara orang-orang yang dinilai memiliki tingkat Klebsiella pneumoniae yang tinggi.
"Visi kami adalah untuk akhirnya mengembangkan terapi yang dipersonalisasi untuk berbagai gangguan, di mana strain bakteri usus penyebab penyakit akan diidentifikasi pada setiap pasien dan koktail fag akan dirancang untuk hanya membunuh strain tersebut," pungkas Prof. Elinav.
Baca Juga: Waspada Cacar Monyet Kini Melonjak di Eropa, Ini yang Diketahui Ilmuwan Sejauh Ini!