Sonora.ID - Sebuah video viral di media sosial dan memunculkan pemberitaan yang sama viralnya terkait anak usia 7 tahun yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.
Bahkan, dalam video tersebut dituliskan bahwa saat ini sang anak tersebut mengalami trauma hingga mengganggu kesehatan fisiknya karena sang anak sempat demam.
Hal ini terjadi setelah anak tersebut mendapatkan perlakuan yang mengejutkan dari gurunya di sekolah. Guru tersebut memotong rambut anak SD itu tanpa izin dan pemberitahuan kepada orang tua anak yang bersangkutan.
Dalam video tersebut, sang pengunggah menyebutkan bahwa anaknya biasanya pulang sekolah pukul 15.00 tetapi hari itu sang anak pulang lebih awal, pada pukul 12.30.
Ketika ditanya, ia mengaku sakit. Sang ibu juga melihat kondisi rambut sang anak sudah berantakan.
“Terus anak demam selama 3 hari, sekarang sudah mendingan, dan sudah dapat sekolah baru,” ungkapnya dalam video tersebut.
Trauma
Ibu anak tersebut menuntut tanggung jawab dari pihak guru dan sekolahnya, ia juga menyampaikan amarahnya karena anaknya dibuat trauma hingga sakit beberapa hari setelah kejadian tidak menyenangkan itu.
Guru di sekolahnya tidak memberikan konfirmasi terlebih dahulu saat akan memotong rambut anak itu hingga sang anak mengalami trauma.
“Iya tanpa konfirmasi, kalaupun harus dipotong kenapa enggak panggil tukang potong dirapikan,” tulisnya menambahkan.
Video ini menjadi viral dan sudah diputar lebih dari 5 juta kali.
Tanggapan psikolog
Dikutip dari Kompas.com, seorang psikolog dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Christin Wibhowo menyatakan bahwa anak memiliki perasaan dan dunia yang berbeda dari orang dewasa.
“Anak memiliki pandangan dan perasaannya sendiri. Anak itu berbeda dengan kita. Anak itu mudah memaafkan sebetulnya,” ungkapnya memaparkan.
Dalam kasus ini, ketika anak mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan yaitu rambutnya dipotong tanpa memberikan konfirmasi dan menghasilkan tampilan yang berantakan, anak akan merasa sedih karena hal itu bukan yang ia inginkan.
“Tapi kalau setelah itu move on, anak juga akan begitu. Jadi tergantung banget sama orang tuanya,” tegas Christin.