Bandung, Sonora.ID - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar, terus mengembangkan program Eksportir Milenial.
Sejak dihadirkannya Export Coaching Program (ECP) tahun 2019, Disperindag Jabar terus menggenjot keberadaan Eksportir Milenial.
"Sampai dengan tahun 2022, kami telah membina kurang lebih 343 pelaku usaha potensi ekspor yang berasal dari Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Barat dengan beragam komoditas yang ada seperti kopi, olahan makanan dan minuman, fashion, dan kriya," ucap Kepala Disperindag Jabar Iendra Sofyan di Bandung, Kamis (11/8/2022).
Baca Juga: AIESEC Unhas Asah Kepemimpinan Generasi Muda untuk Hadapi Isu Global
"Dengan semakin banyaknya jumlah new eksportir yang berasal dari UKM/IKM Jabar, maka akan berdampak positif dengan meningkatnya jumlah penyerapan tenaga kerja yang akan berbanding lurus dengan semakin meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat yang tentunya akan mempengaruhi percepatan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat," ungkap Iendra.
Iendra memaparkan, program Eksportir Milenial merupakan kegiatan pembinaan yang diberikan bagi pelaku usaha yang berorientasi ekspor dengan rentang usia sesuai konsep milenial di Jabar sebagai perwujudan program Pemprov Jabar, yaitu Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan inovasi dan kolaborasi serta meningkatnya produktivitas dan daya saing usaha ekonomi umat yang sejahtera dan adil melalui pemanfaatan teknologi digital dan kolaborasi dengan pusat-pusat inovasi serta pelaku pembangunan.
Jabar sendiri, kata Iendra, berkontribusi terhadap nilai ekspor nasional terbesar berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari sampai dengan Mei 2022 dengan nilai kumulatif ekspor sebesar US$15,71 Miliar.
"Untuk diketahui bahwa Jabar adalah salah satu provinsi yang memiliki proporsi penduduk dengan dominasi generasi milenial terbesar," paparnya.
Baca Juga: Anak Muda Makassar Wajib Ambil Bagian Sukseskan Lorong Wisata
Menurut Iendra, BPS mencatat penduduk Jabar didominasi oleh generasi Z dan milenial dengan proporsi generasi Z sebanyak 26,88 persen (13,37 Juta orang) dari total populasi dan generasi milenial sebanyak 26,07 persen (12,5 Juta orang) dari total populasi.
Iendra menjelaskan pihaknya membidik kalangan milenial karena memiliki proporsi penduduk terbesar di Jabar.
Selain itu generasi tersebut juga memiliki banyak potensi yang identik dengan kreativitas dan inovasi, serta adaptif dengan perubahan yang semakin signifikan di seluruh sektor terutama teknologi.
"Diharapkan perannya mampu mengurai dominasi sektor industri besar yang ada di Jawa Barat," ungkapnya.
Melihat potensi itu, Diperindag Jabar sudah melakukan Kick Off Eksportir Milenial pada Juli 2022 lalu, yang bertujuan meningkatkan branding pelaku usaha milenial berhasil ekspor, serta meningkatkan motivasi para pelaku usaha IKM/UKM lainnya dalam menembus pasar ekspor.
"Kick Off kemarin itu diikuti oleh 18 pelaku usaha ekspor milenial yang menjadi binaan kami Strategi New Exporter," terang Iendra.
Diketahui, dari data dari BPS, nilai ekspor Jabar pada tahun 2021 sebesar 33,6 Miliar USD, tahun 2022 sejak Januari - Mei, nilai ekspor jawa barat sebesar 15,7 Miliar USD.
Namun nilai yang besar tersebut apabila dilihat dari porsi sharing nilai eksportnya adalah 98,8 % berasal dari Industri besar, dengan kata lain, sharing nilai eksport dari UKM/IKM Jawa Barat baru 1,2 %.
"Inilah yang menjadi latar belakang kenapa Jabar harus semakin giat menumbuhkan atau menciptakan eksportir baru dari pelaku usaha UKM/IKM," ungkapnya.
Iendra menilai, strategi New eksportir merupakan langkah untuk terus menciptakan eksportir baru di Jabar melalui konsep kolaborasi baik berbasis anggaran APBD atau supporting Anggaran dari Stakeholder, yang dikemas dalam tiga kegiatan diantaranya;
Bagaimana Memulai Ekspor yaitu kegiatan workshop yang dilaksanakan untuk mengajarkan secara umum terkait langkah-langkah awal untuk memulai kegiatan eksport.
Kemudian, Export Coaching Program (ECP) yaitu program pendampingan kepada eksporter baru agar mereka mampu melaksanakan eksport secara mandiri, tidak lagi bergantung kepada trader atau aggregator.
Program ECP sendiri merupakan program unggulan yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat berupa kegiatan pendampingan bagi pelaku usaha potensi ekspor Jawa Barat yang terdiri dari 8 tahap pembelajaran sepanjang 1 tahun masa pelatihan (Tahap Kurasi peserta, verifikasi dan validasi, tahap Training Of Exporter, tahap market development, tahap Pendampingan Produk ke lapangan, tahap Progress Monitoring, tahap Bisnis Matching, dan Evaluasi).
Selanjutnya, kata Iendra, Coaching Program New Exporter (CPNE) merupakan program pendampingan kepada eksportir baru di Jabar yang terbagi dalam tiga kualifikasi diantaranya kualifikasi potensial ekspor yaitu para pelaku IKM/UMKM yang memiliki produk yang berpotensi untuk eksport, namun pelaku usaha belum pernah melakukan ekspor sehingga pada kualifikasi ini akan diajarkan bagaimana langkah awal dalam melaksanakan ekspor, seperti kualifikasi siap ekspor yaitu pendampingan kepada eksportir baru agar mereka mampu melaksanakan eksport secara mandiri, tidak lagi bergantung kepada trader atau aggregator.
Sedangkan, kualifikasi mahir ekspor yaitu pendampingan kepada eksportir yang sudah rutin melakukan ekspor namun perlu pengembangan kapasitas produksi dan perluasan pasar Negara tujuan ekspor.
Baca Juga: Eksportir Milenial Jawa Barat Dukung Pemulihan Ekonomi Nasional