Banyak ahli yang mengingatkan, sekolah yang memiliki kualitas baik tentu saja memiliki visi dan misi yang jelas, terukur dan realistis.
Pernyataan visi dan misi ini dapat dipotret dari beberapa aspek nilai (value) yang ditonjolkan sekolah, antara lain nilai keagamaan, akademis, karakter, perilaku, kecakapan hidup, kemandirian dan nilai kewirausahaan (entrepreneurship).
Tidak hanya prestasi akademis
Tak sedikit orangtua yang saat ini masih memandang aspek akademis menjadi pertimbangan pertama dalam memilih sekolah.
Maka, tidak mengherankan jika banyak orang tua yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan sekolah dengan prestasi akademik tinggi.
Kemendikbud menyarankan baiknya orangtua tidak lagi terjebak pada istilah-istilah sekolah favorit, unggulan, plus, akselerasi, standar internasional dan label-label "wah" lainnya.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menggali, menemukan, mengembangkan dan mengoptimalkan seluruh potensi atau kecerdasan majemuk peserta didiknya, tidak hanya pada hanya pada aspek kognitif saja atau academic minded.
Peran guru
Kurikulum yang ideal adalah penting, tetapi yang lebih penting yang menjalankannya, yaitu guru.
Guru adalah ujung tombak pendidikan untuk mencetak dan mengkader generasi penerus yang didambakan.
Apalah artinya kurikulum yang ideal jika tidak didukung oleh pelaksananya, yaitu sumber daya manusia yang cakap.
Maka tidak heran, jika pemerintah terus-menerus berusaha meningkatkan kompetensi guru melalui berbagai program, antara lain penataran, beasiswa pendidikan dan program sertifikasi guru.
Maka, pilihlah sekolah dengan guru-guru yang memesona dan menginspirasi. Tak hanya tampilan fisik mereka, tetapi perkataan, sikap dan perilaku yang bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.
Kurikulum
Orangtua dan calon siswa disarankan untuk benar-benar jeli dan teliti dalam memilih sekolah, terutama pertimbangan dari sisi kurikulum yang diterapkan sekolah tersebut.
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah juga perlu dicermati, dalam konteks apakah kegiatan tersebut dapat mengoptimalkan bakat, minat dan potensi peserta didik.
Walaupun penerapan kurikulum ini sudah diatur dan diseragamkan pemerintah, tetapi penyelenggara pendidikan dapat melakukan modifikasi-modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi sekolah (kekayaan lokal), lingkungan, dan kebutuhan masyarakat.
Di masa pandemi, orangtua dapat menilai apakah sekolah tersebut mampu memenuhi kebutuhan anak di luar akademis meski pembelajaran dilakukan online, misalnya kebutuhan untuk tetap beraktivitas fisik, kebutuhan untuk mengonsumsi makanan sehat, kebutuhan membentuk karakter baik dan sebagainya.
Lokasi
Meski saat ini pembelajaran masih dilakukan secara daring, mempertimbangkan lokasi atau jarak dari rumah ke sekolah tetap menjadi hal penting.
Jangan sampai energi anak menjadi terbuang di jalan. Bisa dibayangkan seorang anak harus bangun pagi-pagi sekali karena letak sekolahnya yang jauh.
Tentu ia pulang dalam keadaan lelah karena jarak yang ditempuhnya memakan waktu yang lama.
Belum lagi jika terjadi kemacetan lalu lintas, yang bisa mengakibatkan anak sering terlambat pulang maupun masuk sekolah.
Pertimbangkan pendidikan agama
Melalui pendidikan agama yang cukup, diharapkan para peserta didik akan memiliki kesadaran dan pemahaman yang benar mengenai tugas, peran dan tanggung jawabnya sebagai hamba Tuhan, sebagai anak, sebagai siswa dan sebagai anggota masyarakat.
Dalam implementasinya, anak mampu menghargai orang lain dengan segala perbedaan serta mampu memilah dan memilih kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat.
Sehingga, porsi pendidikan agama yang diterapkan oleh suatu sekolah hendaknya menjadi bahan pertimbangan penting orang tua dan anak dalam memilih sekolah.
Sarana dan prasarana
Sekolah diibaratkan sebagai rumah kedua bagi anak-anak, sehingga sekolah yang baik mampu memenuhi kebutuhan siswa.
Sehingga, komponen pendidikan yang tak kalah penting adalah sarana dan prasarana yang mendukung.
Mulai dari bangunan fisik, ruang kelas, taman, perpustakaan, laboratorium, sarana olah raga dan kesenian, arena bermain, kantin, perlengkapan kelas, sampai dengan alat peraga edukasi yang dimiliki.
Baca Juga: Atta Kesal dan Kritik Pola Asuh Aurel ke Baby Ameena! Ini Cara Mengatasinya