Palembang, Sonora.ID – Aktivitas Buang Air Besar (BAB) merupakan salah satu siklus kehidupan yang dialami oleh setiap orang.
Namun hal ini bisa menjadi masalah ketika tiba-tiba muncul pada situasi yang tidak mendukung.
Maka dari itu, tidak sedikit orang mencari alternatif agar hal ini dapat dicegah.
Mitos yang biasanya dilakukan sebagian masyarakat Indonesia untuk mencegah BAB adalah dengan mengantongi batu di saku celana.
Tetapi hal ini sudah dianggap kuno dan jarang digunakan di zaman sekarang.
Tapi jangan khawatir, ternyata ada cara mudah menahan BAB yang bisa dipraktikkan. Dilansir dari Kompas.com, berikut informasinya :
Mengontraksikan otot di anus
Mengontraksikan otot-otot tertentu di anus dapat menjadi salah satu cara menahan BAB atau pelepasan tinja, sementara mengendurkannya akan memfasilitasi pergerakan usus.
Untuk mengontraksikan otot-otot tersebut, kita perlu meremas bokong erat-erat dari dalam.
Jangan duduk atau jongkok
Selain berusaha mengontraksikan otot-otot di anus, cara menahan BAB lainnya adalah berdiri atau berbaring, jangan duduk atau jongkok.
Sebab, berada pada posisi duduk atau jongkok adalah posisi alami untuk BAB sehingga membantu memberikan tekanan pada perut, yang akhirnya membantu pergerakan usus.
Sementara posisi berdiri atau berbaring dapat mengurangi tekanan pada perut.
Menghindari makanan dan minuman tertentu
Pilihan makanan juga dapat membantu sebagai cara menahan BAB.
Misalnya, menghindari makanan berserat tinggi sebelum dan selama waktu yang tidak mungkin untuk BAB.
Selain itu, mengonsumsi minuman yang dapat merangsang BAB, seperti kopi atau jus buah juga dapat menjadi cara menahan BAB yang dapat membantu.
Jika memungkinkan dan kita tahu di lokasi yang akan kita tuju tidak memiliki akses toilet, usahakan BAB terlebih dahulu di rumah.
Baca Juga: Tanda Pencernaanmu Bekerja Dengan Baik, Ini Jumlah Frekuensi Buang Air Besar yang Normal
Bahaya menahan BAB
Rektum, atau organ di ujung usus besar kita, yang terisi kotoran akan meregang. Saat itu, kita akan merasakan dorongan untuk BAB.
Untuk menahannya, otot-otot di sekitar anus akan mengencang.
Setelelah mengetahui beberapa cara menahan BAB yang bisa dilakukan, ketahui pula risiko kesehatan di baliknya, termasuk :
Sembelit
Menurut Institut Nasional Penuaan, risiko menahan BAB termasuk menyebabkan sembelit, terutama jika menahan BAB dilakukan terlalu lama.
Para dokter mendefinisikan sembelit sebagai jarang buang air besar, setidaknya hanya tiga kali seminggu atau seseorang butuh usaha keras untuk mengeluarkannya.
Sembelit dapat menyebabkan rasa sakit atau tekanan di perut, sehingga menyebabkan pembentukkan feses yang keras. Seseorang mungkin perlu mengejan untuk mengeluarkannya.
Sembelit yang terjadi selama beberapa minggu disebut sembelit kronis.
Impaksi feses
Seseorang yang berusaha menahan BAB tapi tetap makan dengan frekuensi biasa berisiko mengalami impaksi tinja. Ini adalah kondisi serius di mana feses yang keras dan kering tersangkut di usus besar atau rektum.
Impaksi tinja dapat menyebabkan sakit perut dan kembung, mual, dan kehilangan napsu makan.
Selain itu, kotoran cair juga bisa bocor dari rektum.
Perforasi gastrointestinal
Perforasi gastrointestinal adalah robekan yang terjadi di usus. Ini akan terasa sangat menyakitkan dan merupakan kondisi darurat medis.
Perforasi gastrointestinal dapat terjadi sebagai akibat tekanan feses yang tertahan dalam jumlah besar karena impaksi feses.
Jika seseorang tidak mendapatkan perhatian medis dengan segera, perforasi akan menyebabkan kotoran mengalir ke rongga perut, sehingga menyebabkan infeksi bakteri yang dapat mengancam jiwa.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menahan BAB juga dapat meningkatkan risiko masalah lain, seperti :
-Radang usus buntu
-Penyakit usus fungsional
-Wasir
-Kerusakan pada saraf dan otot di rektum sehingga tubuh berhenti merespons dorongan untuk buang air besar.
Inkonsistensia tinja
Ini adalah ketidakmampuan untuk mengontrol BAB, kemungkinan akibat dari terus-menerus menahan BAB sehingga terjadi kerusakan otot atau saraf.
Sembelit kronis juga bisa berkontribusi terhadap pengembangn inkonsistensia tinja, seperti wasir, prolaps rektum, dan masalah anus lainnya.
Beberapa orang dengan inkontinensia tinja mungkin mengalami kebocoran tinja sesekali, sementara yang lainnya mungkin bisa kehilangan kontrol usus sepenuhnya.
Ada dua jenis inkontinensia tinja, yakni inkontinensia urgensi dan inkontinensia pasif.
Inkontinensia urgensi adalah kondisi di mana seseorang memiliki keinginan tiba-tiba untuk BAB yang tidak bisa dihentikan, sementara pada inkontinensia pasif seseorang tidak menyadari kebutuhan untuk BAB.
Orang dengan inkontinensia tinja mungkin memiliki gejala usus lainnya, termasuk kembung, sembelit, diare, dan gas.
Melakukan perawatan untuk inkontinensia tinja dapat memperbaiki gejala dan meningkatkan kualitas hidup seseorang.
Baca Juga: Berikut 5 Cara Mengatasi Sembelit pada Bayi, Ibu Harus Selalu Sigap