Sonora.ID – Sebuah rekor memang menjadi salah satu alasan seseorang untuk menggapai cita-citanya.
Seperti halnya, rekor dunia, terdapat rekor yang ada di Indonesia yakni "Rekor MURI". Rekor MURI juga dianggap penting untuk mendorong masyarakat Indonesia semakin maju dan berusaha mencatatkan namanya.
Mungkin saja, pencatatan rekor ini memang terkesan mudah atau sederhana. Namun, mencatat juga adalah salah satu kegiatan manusia yang paling berdampak secara sosial.
Dari hal ini pula, kita dapat memperluas beberapa pengetahuan hingga pengalaman hidup.
Jika tidak ada yang mencatat, maka hingga saat ini tidak akan ada yang tahu bahwa Usain Bolt merupakan pelari 100m tercepat di dunia dengan rekornya 9,58 detik.
Lalu, di Olimpiade Tokyo 2020 pula, Aleksandra Miroslaw yang berasal dari Polandia menjadi pemanjat tebing tercepat di dunia setelah tercatat dengan waktunya 6,84 detik.
Tetapi, rekor-rekor ini pun tidak hanya ada di dunia atau berkisar pada bidang olahraga saja.
Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) yang telah menjadi lembaga swadaya masyarakat juga bertugas menghimpun data, serta menganugerahkan prestasi superlatif dan karya dari masyarakat Indonesia yang ada.
Contohnya saja seperti masyarakat Lombok yang pernah mencatat rekor keseniannya, gendang beleq yang dimainkan oleh 4.000 orang.
Selain itu, Pemerintah Kota Palembang yang telah menjalankan program Sedekah Subuh dan diikuti serentak oleh 11.079 ASN.
Namun, jika kamu bertanya kira-kira bagaimana catatan rekor menjadi kekayaan intelektual dan warisan budaya kita?