"Papa saya dulu sangat memperhitungkan biaya produksi. Dia merupakan sosok pemimpin yang memberi contoh para karyawan. Jadi kita hidup harus menyesuaikan dengan apa yang dikerjakan, enggak boleh sembarangan," jelasnya.
Ia pun mengungkapkan bahwa ketika sudah berhasil, ayahnya tak serta merta puas dan berhenti berinovasi begitu saja.
Sang ayah pun diakui Hermanto terus memikirkan bagaimana memulai bisnis yang baik untuk pemilik, karyawan, dan yang paling penting konsumen.
"Bagaimana kita memikirkan bisnis ini menjadi yang terbesar," tambah Hermanto.
Cerita Masa Sulit Hermanto Tanoko
Pada saat Hermanto kecil, Indonesia tengah berada dalam sentimen politik bahwa keturunan Tionghoa yang WNA harus dipulangkan ke negara asalnya dan tidak boleh berdagang di Indonesia.
Baca Juga: 5 Faktor Penyebab Keberagaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia
Karena hal inilah, keluarga Hermanto harus menjalani kehidupan berpindah-pindah dan bahkan tinggal di emperan-emperan toko dan vihara.
Di tahun yang sama dengan kelahiran Hermanto, sang ayah Soetikno membuka toko cat, sedangkan ibunya membuka toko kelontong.