Ilustrasi Unsur Pembangun Puisi: Intrinsik, Ekstrinsik (
Freepik.com)
Sonora.ID - Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang mengutamakan penggunaan kata dan bahasa, sehingga terikat satu sama lain dengan rima dan irama.
Ketika duduk di bangku sekolah, siswa akan mempelajari karya sastra yang satu ini bahkan, mulai dari mengenal ciri-cirinya, membuat puisi, hingga membeda unsur pembangun puisi yang terbaik menjadi unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Agar lebih jelasnya, berikut ini adalah unsur pembangun puisi.
Unsur intrinsik
Dikutip dari Teknik Penulisan Puisi (Teori Aplikasi dan Pendekatan) tahun 2020 yang ditulis oleh Mukhlis, ada 4 unsur intrinsik pembentuk puisi, sebagai berikut:
Tema, adalah gagasan pokok atau gambaran besar yang ingin disampaikan penulis kepada pembacanya.
Perasaan, hal yang ingin diungkapkan dalam puisi yang berkaitan dengan emosi atau perasaan.
Suasana, sikap yang ingin ditampilkan dan suasana yang ingin disampaikan penulis agar pembaca bisa merasakan hal yang sama.
Amanat, pesan di balik puisi tersebut untuk disampaikan kepada pembaca.
Dikutip dari Kompas.com, dari puisi tersebut, berikut unsur intrinsiknya:
Tema Puisi 'Doa' ini bertemakan ketuhanan.
Perasaan Puisi 'Doa' ini menggambarkan perasaan penyair yang penuh rasa haru dan rindu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan kata "Tuhanku dalam termenung aku masih menyebut nama-Mu".
Suasana Puisi 'Doa' ini mengandung nada ajakan kepada pembaca untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan dan tidak berpaling. Sedangkan suasana dalam puisi ini ialah timbul rasa rindu dan haru kepada Tuhan.
Amanat Puisi 'Doa' ini mengandung amanat agar pembaca dapat mendekatkan diri kepada Tuhan dan senantiasa bertekun dalam menjalankan perintah-Nya.
Sedangkan unsur ekstrinsik dalam puisi ini adalah:
Majas dan irama Puisi 'Doa' ini mengandung kata majas berupa "Caya-Mu panas suci tinggal kerlip lilin di kelam sunyi". Sedangkan iramanya terlihat pada akhiran kata tiap puisinya yang teratur dan berulang.
Kata konotasi Puisi 'Doa' ini menggunakan kata konotasi berupa penggambaran diri yang remuk dan hilang bentuk saat jauh dari Tuhan. Terlihat pada kata "Tuhanku aku hilang bentuk remuk".
Kata simbol Puisi 'Doa' ini mengandung kata simbol berupa "Caya-Mu panas suci tinggal kerlip lilin di kelam sunyi". Kata simbol ini melambangkan jika Tuhan senantiasa hadir di dalam kehidupan manusia.
Imajinasi puisi Puisi 'Doa' ini mengandung imajinasi berupa gambaran diri yang hilang bentuk atau remuk. Terlihat pada kata "Tuhanku aku hilang bentuk remuk".