Desa maksiat yang kena azab
Legetang, merupakan legenda desa maksiat yang hilang diazab.
Begitulah cerita yang menyebar di masyarakat sekitar sampai saat ini.
Berdasarkan cerita, masyarakat di Desa Legetang suka berjudi, bahkan kerap lenggeran sampai malam hari.
Paling parahnya, disebutkan jika penduduk di sana keblinger berhubungan badan dengan sesama jenis.
Masyarakat Legetang sebagian besar merupakan petani, mereka bercocok tanam di kebun seiring dengan suburnya kawasan Lembang Dieng.
Seperti kebanyakan masyarakat agraris di Indonesia, kepercayaan antara manusia dan alam menjadi satu ikatan penting yang tak boleh dilupakan.
Hubungan antara petani dan alam terbentuk dalam sebuah produk kebudayaan, salah satunya tarian.
Legetang yang dikenal sebagai desa makmur dan subuh melestarikan ronggeng atau lengger.
Tarian lengger ini tidak dapat dipisahkan dari keyakinan kalau
Lengger adalah bentuk rasa syukur terhadap hasil panen sekaligus penghormatan kepada Dewi Sri.
Baca Juga: Kisah Legenda Putri Lintah Raksasa di Desa Semana, Badung
Para pria menari tayub, mengiringi seorang lengger yang menari dan nembang dengan amat sensual.
Gerakan tariannya terbilang berbau erotis dan jauh dari kesan kelemahlembutan seperti tarian Jawa wetanan.
Konon, gerakan dari tarian ini dipercaya mempengaruhi kekuatan dan kesuburan.
Desa Legetang saat ini
Desa ini kini sudah hilang, namun ada sebuah tugu dan prasasti peringatan yang konon tempat tugu ini adalah lokasi hilangnya Desa Legetang.
Kini, lokasi hilangnya desa itu diubah menjadi Dusun Kepakisan.