Petani kopi menurutnya dapat memanfaatkan pinjaman dana perbakan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan suku bunga yang sangat rendah.
“Tapi kalau hanya bergantung kepada anggaran yang disediakan pemerintah ya tidak tidak cukup,” tutur Suparmi.
Di Kalsel sendiri, lanjut Suparmi, ada dua jenis kopi yang cocok untuk ditanam, yaitu robusta dan liberika. Sejauh ini, jenis kopi robusta sudah sangat berhasil dikembangkan, yaitu kopi robusta Pengaron dan Tabalong.
“Robusta Kalsel enak, saya sudah merasakannya,” imbuhnya.
Mengacu pada keberhasilan itu, dalam beberapa tahun ke depan, pihaknya menurut Suparmi produksi kopi Kalsel dapat memenuhi permintaan pasar global, atau tidak hanya sebagai pemasok kopi bagi gerai-gerai yang sangat menjamur di Kalsel.
“Tiga sampai 4 tahun ke depan menuju pasar ekspor,” target Suparmi.
Untuk mencapai target itu, telah dikembangkan tanaman kopi di Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tapin, Tabalong, dan Barito Kuala seluas 2.900 hektar dengan produksi sebesar 1.200 ton biji kering.
“Prokduksi kita terus merangkat naik, kini sudah 1.200 ton biji kering,” pungkasnya.
Baca Juga: Restu H. Isam Jadi Kunci, MRK Beri Sinyal Maju Pilgub Kalsel