Handoko menegaskan, ketika seseorang mengulang kejadian yang benar-benar terjadi, kecenderungan memunculkan emosi pada kejadian tersebut akan lebih besar. Emosi bisa saja tidak tercermin karena penggambaran tidak sesuai dengan yang terjadi.
“Kalau memang beliau mengikuti emosi demi emosi, maka memang emosi yang dirasakan itu bisa jadi sama dengan emosi yang dulu dirasakan saat momen itu berlangsung,” sambung Handoko.
Maka, pertanyaannya adalah apakah rekonstruksi itu benar-benar menggambarkan apa yang terjadi pada momen penembakan tersebut?
“Ini sebetulnya, apakah rekonstruksi yang sudah dilakukan itu sama atau melukiskan ucapan-ucapan sebenarnya, yang waktu itu disampaikan Bang Sambo atau itu belum ucapan yang sebenarnya? Karena jadi ucapan yang disampaikan, itu bisa membangkitkan memori yang terjadi pada saat kejadian,” sambung Handoko.
Dari jawaban yang dipaparkan Ahli Forensik Emosi tersebut, dirinya tidak melihat adegan yang cukup melukiskan dengan dugaan ‘pembunuhan berencana’.
Ketika dipertegas, dirinya mengakui ada kecurigaan yang muncul ketika melihat cuplikan dari rekonstruksi yang telah berlangsung.
“Apakah sudah sama? Kalau menurut saya, kalau kita hanya melihat emosi yang ada, maka saya jadi bingung, apakah keluhan itu menjadi dasar yang kuat untuk seseorang melakukan, maaf, dugaan pembunuhan berencana?” paparnya.
“Bisa dikatakan begitu (curiga), saya ingin lebih diverifikasi, apakah ini sudah sesuai dengan kejadian sesungguhnya, akhirnya bisa memunculkan emosi yang sesungguhnya pada saat itu?” sambung Handoko mempertanyakan.
Baca Juga: Ferdy Sambo Kalah! Segini Kekayaan Arief Sulistyanto yang Disebut Polisi Paling Tajir di Indonesia