3. Vaginosis bakterialis
Ada dua bakteri di vagina yaitu Lactobacillus (bakteri baik) dan anaerob (bakteri jahat).
Apabila anaerob lebih banyak, maka terjadilah gangguan kesehatan seperti vaginosis bakterialis yang kerap terjadi pada wanita usia 15-40 tahun.
Selain gatal, ada gejala lain vaginosis bakterialis yang kerap membikin para wanita khawatir dan tak nyaman, yaitu :
-Bau kemaluan amis atau seperti ikan
-Keputihan teksur encer berwarna putih keabu-abuan atau kuning
-Rasa sakit dan sensasi terbakar saat buang air kecil
-Keluar darah dari vagina setelah berhubungan seksual.
4. Iritasi
Bahan kimia pada sabun cuci, pembalut, parfum dapat menyebabkan vagina dan vulva mengalami iritasi dan gatal-gatal.
Rasa gatal biasanya akan hilang setelah orang tersebut berhenti menggunakan produk tersebut.
Produk bebas pewangi dan tanpa pewangi cenderung tidak menyebabkan iritasi. Para ahli kesehatan tidak menganjurkan menggunakan produk tersebut untuk membersihkan vagina.
Pada dasarnya, vagina mampu membersihkan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, Anda hanya disarankan untuk mencuci vagina dengan air bersih lalu mengeringkan organ intim tersebut dengan tisu kering.
5. Infeksi menular seksual (IMS)
Ada beberapa infeksi menular seksual (IMS) yang menyebabkan vagina wanita terasa gatal, yaitu sifilis, klamidia, kutil kelamin, gonorea, kutu, herpes, hingga HIV.
Dari beberapa penyakit di atas, infeksi menular seksual yang bisa disembuhkan di antaranya sifilis, gonore, dan klamidia.
Sementara itu, infeksi menular seksual seperti herpes, HIV, dan kutil kelamin tidak dapat disembuhkan. Namun, penyakit ini bisa dikurangi gejalanya dengan pengobatan.
Baca Juga: Lama Enggak Berhubungan Bisa Bikin Wanita Balik Perawan, Mitos atau Fakta?