Medan, Sonora.ID - Sejak dua tahun terakhir, sebagian besar orang lebih banyak melakukan aktivitas bekerja secara online dari rumah atau yang biasa dikenal dengan istilah work from home (WFH).
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Muhammad Pintor Nasution mengatakan, Kebiasaan baru ini mendorong peningkatan aktivitas transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Hal tersebut dikarenakan transaksi investasi saham dapat dilakukan melalui sistem perdagangan online,” terang Pintor dalam siaran persnya yang diterima media ini, Jumat (09/09/2022).
Kepopuleran investasi saham di tengah pandemi Covid-19 katanya, tidak lepas dari meningkatnya jumlah investor baru, terutama generasi milenial. Namun, peningkatan jumlah investor ini tidak sejalan dengan literasi keuangan dan edukasi investasi yang memadai.
Alhasil, tidak sedikit dari para investor baru ini mengalami Fear Of Missing Out (FOMO) yang menyebabkan mayoritas investor cenderung membeli saham karena sekedar ikut-ikutan atau yang dikenal dengan istilah “pom-pom” saham.
“Oleh sebab itu, sebelum memutuskan berinvestasi di pasar saham, ada baiknya para investor memahami risiko dan keuntungannya masing-masing instrumen investasi, “imbuhnya.
Risiko pertama adalah risiko fluktuasi harga saham. Harga saham akan mengalami kenaikan dan penurunan pada suatu periode waktu tertentu yang disebabkan dari beberapa faktor, seperti fundamental perusahaan, aksi korporasi, situasi perekonomian, atau aksi spekulasi.
Risiko kedua adalah jika perusahaan mengalami kerugian sehingga tidak bisa membagikan dividen. Risiko berikutnya adalah jika perusahaan melakukan delisting atau tidak lagi mencatatkan sahamnya di BEI.
Bila suatu perusahaan yang melakukan delisting mengalami kebangkrutan, maka perusahaan tersebut bertanggungjawab untuk menjual seluruh aset dan hasilnya untuk memenuhi kewajiban berupa membayar utang,“ ungkapnya.
Namun, dalam situasi ini investor dapat menjual saham yang dimiliki di harga yang cenderung lebih rendah dari harga saham ketika investor membelinya.
Lalu, bagaimana cara meminimalkan risiko? Salahsatunya adalah dengan cara melakukan analisis sebelum memilih saham yang hendak dibeli.
Baca Juga: Ayo Pilih Menabung Dulu Atau Beli Saham ? Berikut Penjelasan BEI Sumut
Analisis dilakukan dengan cara mencermati laporan keuangan perusahaan. Jika tidak memiliki kemampuan untuk melakukan analisis terhadap saham-saham yang hendak dipilih, investor dapat membaca hasil analisis yang dibuat oleh analis efek di perusahaan sekuritas.
Di sisi lain masih disebutkannya, berinvestasi pada pasar saham dapat mendatangkan keuntungan. Saham yang bagus secara fundamental keuangan, akan tercermin dari kenaikan harga saham yang stabil, bukan kenaikan harga saham berdasarkan aksi pom-pom.
Secara umum, terdapat dua keuntungan dalam berinvestasi saham, yaitu berdasarkan kenaikan harga saham yang wajar atau normal dan biasanya membutuhkan waktu yang panjang. Keuntungan pertama ini biasa disebut capital gain, yang didapatkan dari selisih harga beli dan harga jual saham.
Kedua, keuntungan yang berasal dari pembagian dividen saham. Jika perusahaan yang mencatatkan saham di BEI memperoleh laba, maka saat dilaksanakannya RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), semua pemegang saham akan mendapatkan bagian sesuai persentase kepemilikan saham masing-masing.
Sehingga penting memilih saham perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik, yang berpotensi membukukan laba setiap tahun dan memberikan keuntungan dalam jangka panjang.
Jika sudah memahami risiko dari investasi saham, maka investor sudah bisa mengantisipasi keuntungan dan kerugian yang akan didapatkannya.
Berinvestasilah setelah mempelajari dan menguasai karakteristik dari risiko setiap produk investasi, serta mulailah berinvestasi menggunakan dana yang tidak dipakai dalam jangka waktu panjang.
Baca Juga: Indikator Sederhana: Salah Satu Kunci Sukses Investasi Saham