Setibanya di Indonesia, Hendy lantas menemui Hasan Baraja, koleganya yang cukup menggeluti dunia kuliner. Saat itu, keduanya melakukan trial dan error guna menemukan komposisi rasa dan ukuran kebab yang diminati orang Indonesia.
Belakangan, Hendy mengerti bahwa kebab rasa kapulaga dan ukuran kebab Qatar yang terlalu besar tidak terlalu disukai konsumen. Di titik ini, Hendy dan Hasan terus berusaha menemukan ramuan itu.
September 2003, Hendy menuntaskan pencariannya akan tipe kebab yang disukai konsumen. Ia lalu memutuskan drop out kuliah di tahun kedua dan mulai berjualan gerobak di salah satu pojok Jalan Nginden Semolo, Surabaya.
Bagi Hendy, membangun gerobak cenderung lebih praktis dan tak membutuhkan modal yang besar. Usahanya itu ia namai Kebab Turki Baba Rafi. Ia mengambil nama itu dari nama anak sulungnya, Rafi Darmawan. Adapun soal Turki, belakangan Hendy ketahui bahwa kebab terenak yang ia ketahui berasal dari Istanbul, Turki.
Dari gerobak itu, usaha kebab Hendy berkembang terus. Menjadi makanan yang tergolong asing, lewat gerobak kecil yang Hendy ada pojok jalan itu, Hendy mulai mengakrabkan kebab pada lidah orang Indonesia. Selera masyarakat pun terbentuk.
Hanya dalam waktu 3-4 tahun, Hendy berhasil mengembangkan usahanya dalam bentuk yang berbeda sama sekali.
Memasuki tahun ketiga pendirian usahanya, Kebab Turki Baba Rafi telah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia yakni di Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan, bahkan hingga luar negeri. TV BBC London dan Majalah Business Week International bahkan pernah meliput usahanya.
Saat ini, Kebab Turki Baba Rafi merupakan sebuah jaringan waralaba kebab terbesar dengan ribuan outlet yang tersebar di seluruh dunia. Tentu, usaha Hendy dalam mendapatkan pencapaian itu memerlukan perjuangan yang tak gampang.
Demikian kisah hidup Hendy Setiono sebagaimana di atas. Semoga menginspirasi.