Solo, Sonora.ID - Di telinga warga Boyolali, wisata waduk cengklik tidak terdengar asing. Waduk peninggalan Belanda yang sudah berusia hampir 95 tahun itu menyimpan banyak sekali pesona dan manfaat.
Dengan luas lahan yang mencapai 250 hektar dan berada diantara desa Sobokerto dengan desa Ngargorejo, objek wisata ini sering dimanfaatkan warga untuk mengairi perkebunan hingga tambak.
Sayangnya, meski memiliki keindahan alam yang memukau, waduk cengklik dipenuhi oleh tanaman parasit yaitu eceng gondok.
Tanaman yang tumbuh di air dengan permukaan tenang seperti waduk itu dikategorikan sebagai tanaman gulma, serta dapat juga merusak lingkungan perairan. Bukan hanya itu, eceng gondok juga mempersulit para nelayan, petani, hingga masyarakat sekitar.
Eceng gondok inilah yang menjadi concern terbesar bagi kelompok kkn uns 117 yang ditempatkan di Desa Sobokerto. Kegiatan yang dilaksanakan mulai 11 juli hingga 25 agustus ini menuntut para mahasiswa untuk dapat berkreasi membantu dan mengabdi kepada masyarakat sekitar.
Karena itulah, kelompok kami memutuskan untuk membantu warga desa Sobokerto agar dapat mengolah tanaman gulma tersebut menjadi sesuatu yang lebih berharga dan bermanfaat.
Sebelum acara ini dilaksanakan, kami terlebih dahulu mengunjungi Ibu Lurah Suminem, kedatangan ini dimaksudkan untuk bersilaturahmi dan membahas teknis pelaksanaan sekaligus menentukan tanggal yang cocok digunakan untuk sosialisasi pengolahan eceng gondok.
Kami juga memutuskan untuk menciptakan kerajinan tangan agar tanaman itu nantinya bisa memiliki nilai jual yang tinggi daripada hanya diolah menjadi makanan atau malah hanya menjadi barang yang tak terpakai dan mengganggu lingkungan disekitar Waduk Cengklik.
Setelah berhasil menentukan tanggal sekaligus teknis acara, kami melakukan riset dan penelitian serta menemukan salah satu pengrajin eceng gondok yang sudah berkiprah di dunia tersebut selama beberapa tahun.
Baca Juga: Sungai Martapura Penuh Sampah, Pemprov Kalsel Soroti Kebiasaan Warga
Bapak Akmal namanya. Beliau mendirikan toko sekaligus galeri Bernama Mungil Art yang terletak di Gatak Kabupaten Sukoharjo. Beliau memiliki produk unggulan yaitu kerajinan dari eceng gondok. Bukan hanya hiasan seperti pigura atau keranjang, Bapak Akmal juga mahir dalam membuat kursi, berbagai jenis rak, hingga keranjang bayi.
Dengan range harga berkisaran dari Rp.30.000 hingga jutaan rupiah. Setelah bercakap-cakap sekaligus mencoba membuat kerajinan sederhana, Bapak Akmal bersedia menjadi pembicara kami yang acaranya akan dilaksanakan pada awal agustus 2022.
Pada tanggal 8 Agustus 2022, sosialisasi yang diberi nama sosialisasi Kerajinan Eceng Gondok itu akhirnya dimulai pukul 14.00 WIB.
Kegiatan ini dimulai dengan sambutan dan acara dari ibu-ibu PKK berupa pengumuman mengenai kegiatan imunisasi anak sebelum akhirnya dilanjutkan dengan pembuatan kerajinan. Kami dengan sigap membagikan eceng gondok yang sudah dikeringkan kepada kelompok bu-ibu yang sudah antusias menunggu.
Dipandu oleh pembicara, Bapak Akmal eceng gondok tersebut dianyam perlahan. Karena keterbatasan waktu, ibu-ibu hanya diajarkan cara membuat kerajinan sederhana dengan mencoba pola awalnya saja.
Hingga jarum jam menunjukkan pukul 16.00 WIB, ibu-ibu PKK dibantu Bapak Akmal berhasil menciptakan keranjang dan tatakan wajan dari eceng gondok. Hasil anyamannya cukup bagus dan terlihat rapi. Acara pun diakhiri dengan pemberian kenang-kenangan kepada ibu ibu PKK sekaligus foto bersama semua peserta.
Diharapkan, para ibu-ibu PKK tersebut bisa memanfaatkan ilmu yang sudah diberikan dan dapat menciptakan karya kerajinan lain dari eceng gondok. Kami juga berharap, hasil itu nantinya bisa dipasarkan secara luas sehingga bukan hanya membantu meningkatkan perekonomian desa, tapi juga menyingkirkan tanaman gulma dari Waduk Cengklik.
Baca Juga: Terbukti! Kolesterol Langsung Minder dan Menjauh dengan Air Rebusan Daun Pinggir Jalan