Solo, Sonora.ID - Kota Solo memiliki cukup banyak sekolah mulai dari tingkat SD-SMA. Nah kali ini kita akan membahas tentang salah satu sekolah yang ada di Kota Solo, dimana sekolah ini merupakan salah satu sekolah tertua di Kota Solo yakni SMP Negeri 10 Surakarta.
SMPN 10 Surakrta ini terletak di Jalan Kartini No.12, Timuran, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta. Sekolah ini memiliki sejarah yang menarik. Dahulunya SMPNN 10 Surakarta ternyata merupakan sekolah putri bangsawan Mangkunegaran.
Hal ini tidak lepas karena SMPN 10 Solo yang dahulu bangunannya menyambung dengan SMPN 5 Surakarta dan SMPN 3 Surakarta, merupakan sekolah milik Keraton Mangkunegaran. Itulah mengapa, bangunan SMP Negeri 10 Solo berstatus sebagai bangunan cagar budaya.
Meskipun sejak direnovasi gedung kelas dan aula saat ini sudah terbilang modern dan megah, namun nyatanya sekolah tersebut merupakan bangunan cagar budaya yang dilindungi.
Kepala Bidang Pembina Sejarah & Pelestarian Cagar Budaya Kota Solo, Sukarno, mengatakan, dulu SMP Negeri 10 Solo merupakan sekolahnya anak-anak bangsawan.
“Sekolah putri mangkunegaran itu dulu bernama Van Deventer School,” ungkap Sukarno, Selasa (13/9/2022).
“Dulunya tempat tersebut bangunannya dibangun pada 1917, sedangkan sekolah Van Deventer School diresmikan pada 1 Juli 1927,” ujarnya.
Peresmian tersebut dilakukan oleh Gusti Kanjeng Ratu Timur Mangkunegara VII. Usai diresmikan bersama dengan Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang merupakan Sekolah Bumiputra untuk bangsawan, HIS kemudian menjadi SMPN 5 Surakarta.
“Mangkunegara VII dekat dengan Mr. Conrad Theodor van Deventer dan mendorong untuk membuat sekolah putri,” katanya.
Baca Juga: Taman Wisata Candi Borobudur Jadi Lokasi Festival Indonesia Bertutur 2022
Mangkunegara VII sendiri memang memiliki visi mencerdaskan bangsa. Sehingga dia banyak membangun sekolah, terutama sekolah dasar.
Sukarno menuturkan jika Van Deventer School tersebut ditujukan untuk siswi berusia 12-15 tahun. Uniknya, Van Deventer School tersebut mengajarkan berbagai keterampilan keputrian. Antara lain seperti menjahit, memasak, menyulam, membatik hingga menyetrika.
Sukarno membeberkan ketiga tempat tersebut punya peranan penting dalam sejarah pendidikan di Kota Solo.
“SMPN 5 Surakarta tak dapat dipisahkan dengan sejarah Mangkunegaran di bidang pendidikan,” kata Sukarno.
“Selain Kasunanan, di Solo dulunya Mangkunegaran punya peranan penting dalam sejarah pendidikan,” katanya.
Menurut Sukarno, ketiga sekolah tersebut sempat menjadi satu kompleks sekolah bangsawan atau HIS bernama Siswo, Sisworini, dan Van Deventer School. Adipati Arya Mangkunegaran VI saat itu mulai membuat sekolah di tahun 1912. Namun, di tahun 1940-an, lokasi tersebut pernah berturut-turut diambil alih tentara Jepang.
“Selain sempat diambil tentara Jepang, kompleks tersebut juga sempat dijadikan Asrama Tentara Belanda,” jelasnya.
Kedudukan tentara Belanda kala itu dimulai pada masa Agresi II sejak 20 Desember 1948. Setelah itu, sejak tahun 1950 HIS Siswo berubah statusnya menjadi SMPN 5 Surakarta. Lantaran ketiga bangunan itu adalah cagar budaya di Solo, maka Sukarno mengimbau kepada pihak-pihak terkait untuk melestarikannya.
Di Kota Bengawan sendiri, Sukarno menyebut total ada 170 cagar budaya. Hanya saja yang sudah selesai dikaji angkanya masih tertahan di 95.
Baca Juga: Penampakan Pasar Johar di Semarang Pasca Revitalisasi
“Kami bekerja melakukan pengkajian setiap setahun dengan 5 projek,” ujarnya.
“Pengkajian tersebut meliputi struktur, bangunan, Kawasan, situs hingga benda,” pungkas Sukarno.