Pengangkatan Maria Ulfah sebagai Menteri disebut untuk membantu pengurusan pengembalian tawanan interniran yang terdiri dari Belanda, Perancis dan keturunan Indo.
"Karena itu, Bung Sjahrir yang menjadi Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri RI mendesak saya menerima jabatan itu," kata Maria dalam Harian Kompas, 21 Desember 1980.
Maria juga mengungkap bahwa tujuan Sjahrir menunjuknya sebagai menteri untuk meyakinkan Sekutu bahwa Indonesia bukan boneka Jepang.
"Saya menerima tugas dari Bung Sjahrir demi kemanusiaan. Apalagi sebagian besar tawanan adalah wanita," kata Maria.
Ada banyak sekali peran Maria Ulfah Soebadio untuk nasib wanita di Indonesia.
Dia berperan penting di balik penetapan Hari Ibu pada 22 Desember.
Maria juga berperan dalam perjanjian Linggarjati, kesepakatan antara Indonesia dan Belanda mengenai status kemerdekaan Indonesia.
Maria berperan menjadikan Linggarjati 1946 sebagai lokasi perundingan setelah sempat mengalami buntu.
Maria jugalah yang memastikan keamanan saat proses perundingan terjadi.
Maria pernah ditawari jabatan sebagai Mensos di masa kabinet Amir Sjarifuddin, namun dia menolak.
Memperjuangkan Nasib Wanita
Tekad untuk memperbaiki kondisi hidup wanita Indonesia masih terus menggelora.
Pada Kongres Perempuan Indonesia (KPI) ke-2 pada 1935 di Jakarta diputuskan bahwa urusan wanita dalam hukum perkawinan Islam akan ditangani oleh Biro Konsultasi. Biro ini diurus sepenuhnya oleh Maria Ulfah. Tugas Maria Ulfah di Biro Konsultasi adalah melayani permasalahan keluarga. Maria Ulfah mengusulkan kepada Pengadilan Agama agar dapat mencantumkan hal-hal terkait alasan-alasan apa saja yang dapat dipakai oleh seorang istri agar dapat meminta cerai.
Pada KPI ke-3 di Bandung pada 23 – 27 Juli 1938, Maria Ulfah juga berjasa menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Dalam kongres ini, dia juga menyarankan untuk disusun Undang-undang Perkawinan untuk umat Islam.
Maria Ulfah juga berjasa memperjuangkan kesempatan kaum wanita tergabung dalam Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) dengan cara menghadap Jenderal A.H. Nasution yang menjabat Kepala Staf Angkatan Darat. Hingga pada 22 Desember 1961 lahirlah Kowad.
Jasanya juga sangat luar biasa bagi dunia pers tanah air. Maria Ulfah membantu Adam Malik dalam mendirikan kantor berita Antara pada 1937.
Pada 15 April 1988 Maria Ulfah meninggal dunia di usia 76 tahun. Dia meninggal setelah menjalani perawatan akibat asma, lambung berdarah dan bronkitis yang dideritanya.
Begitulah sosok menteri wanita pertama di Indonesia, Maria Ulfah Soebadio.
Semoga perjuangannya untuk membela nasib wanita di tanah air bisa terus dilanjutkan oleh para penerusnya.