Perjanjian itu mengharuskan setiap mebel yang dijual di tokonya diambil dari kayu dari hutan tersebut. Selain itu, Pak Anto diharuskan memberi sesajen untuk jin penunggu hutan beberapa minggu sekali. Singkatnya, Pak Anto menggunakan pesugihan.
Maka, selain mencari rezeki dengan cara yang tak sehat, Pak Anto juga harus merusak alam untuk menjalankan usaha mebelnya. Namun, sekali lagi, itu hanya diketahui oleh Pak Anto dan keluarganya.
Maka, pada suatu sore, Pak Anto pergi bersama beberapa anak buahnya untuk mengambil kayu dari hutan tersebut. Tak ada satu pun anak buahnya yang mengetahui bahwa bosnya melakukan pesugihan di hutan itu.
Maka dari itu, mereka tetap menurut untuk disuruh menebangi beberapa pohon di hutan itu yang kayunya nanti akan dibawa pulang dan dibuat mebel.
Di hari itu pula, kebetulan menjadi jadwal Pak Anto memberi sesajen untuk jin penunggu hutan. Namun, ia baru akan melakukannya setelah semua anak buahnya pergi. Maka, setelah anak buahnya selesai menebangi pohon dan membawa kayu hasilnya pulang, Pak Anto akan berada di hutan seorang diri, melakukan ritual dan memberi sesajen itu.
“Kalian semuanya bisa pulang sekarang. Aku akan melihat-lihat hutan ini sendirian.” Kata Pak Anto.
Maka, mendengar perintah itu, para anak buah Pak Anto pun pulang. Dan sesaat mereka pulang, jadilah Pak Anto memulai ritualnya dengan jin itu.
Namun, hal yang tak mengenakkan terjadi sebelumnya. Sesaat sebelum anak buah Pak Anto menebang pohon yang akhirnya kayunya dibawa pulang, ada satu pohon tua tempat jin itu bermukim.
Saat itu, seorang anak buah Pak Anto secara tak sengaja hendak menebang pohon itu. Maka setelah Pak Anto mendapatinya, ia pun marah-marah. Ia melarang anak buahnya menebang pohon tua itu dan menyuruhnya menebang yang lain.
Namun sayang seribu sayang, gergaji yang digunakan anak buah Pak Anto telah sempat menggerogoti batang pohon tua itu selama beberapa menit, sesaat sebelum Pak Anto mendapatinya. Jadilah pohon tua itu rawan rubuh.
Dari situ, Pak Anto merasa ketakutan, dan hal itulah yang membuatnya mengira bahwa ia telah tak sopan dengan jin yang ia mintai kekayaan itu.
Maka, sesaat sebelum Pak Anto memulai ritual, ketakutannya pun terjawab. Akibat perilaku anak buah Pak Anto, jin penunggu pohon tua itu merasa terusik.
Pak Anto dianggapnya melakukan hal yang amat tak sopan. Maka, pohon tua itu pun akhirnya rubuh, menindih tubuh Pak Anto dengan kerasnya.
Pada kejadian itu pula, Pak Anto mati di hutan itu. Tubuhnya terbelah menjadi dua akibat ditimpa sebuah pohon yang amat tua.
Nb: Tulisan ini hanyalah fiksi. Segala kesamaan nama, tempat, dan kejadian adalah kebetulan belaka.
Baca Juga: Merinding, Ini Kisah Hutang Ratusan Juta yang Lunas dalam Semalam karena Bantuan Mayat