Sragen, Sonora.ID - Produk batik buatan warga Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen bernama Batik Windasari, yang berlokasi di Desa Kliwonan ternyata dipesan istana negara untuk dijadikan suvenir dalam berbagai acara yang digelar.
Sebelum menjadi langganan istana negara untuk menyuguhkan suvenir kepada tamu-tamu yang datang, Batik Windasari tentunya melalui perjalanan panjang dan jatuh bangun.
Aswanda (44), Pemilik Batik Windasari mengatakan awal mula usaha batiknya dirintis dimulai sejak tahun 2000.
Setelah Aswanda lulus kuliah dan menikah, kemudian dirinya merintis usaha bersama dengan sang istri.
Baca Juga: Solo Batik Fashion Kembali Digelar Pasca Pandemi Angkat Cerita Batik 3 Negeri
"Awalnya dulu masih ambil dari orang (reseller), jualan keliling, kemudian semakin berkembang, pada tahun 2001 sampai 2002 mulai produksi sendiri,"jelasnya, Rabu (21/9/2022).
Aswanda juga menceritakan setelah melalui proses yang cukup panjang, tiga tahun setelah produksi sendiri tak lantas usahanya berjalan mulus.
Kemudian pada tahun 2004 usahanya sempat mengalami penurunan, akhirnya mencoba bangkit, tetapi usahanya terpuruk lagi pada tahun 2007.
Setelah itu, usahanya mulai berjalan dengan baik, dan bisa mempekerjakan sebanyak 50 karyawan dengan memberdayakan warga desanya.
Akibat pandemi covid-19 usahanya kembali terpuruk, dirinya terpaksa mengurangi karyawan dan hanya tersisa 10 orang saja kini. Hingga kini dirinya mencoba kembali bangkit.
Produk batiknya ada beragam, mulai dari printing, tulis, cap dan kombinasi tulis.
Baca Juga: Wacana Batik Solo Trans Di Surakarta Berbayar, Imbas Dari Naiknya Harga BBM
"Pemasaran tidak hanya di Sragen saja, di kota-kota besar, ke Jakarta, Surabaya, Yogyakarta.Namun, belum go internasional, baru pasar lokal saja " terangnya.
Produk Batik Windasari ada beragam, mulai dari printing, tulis, cap dan kombinasi tulis, dengan mempertahankan pakem khas Jawa dengan warna cokelat alamnya.
"Ciri khasnya warga alamnya, pakai warna asli, warna cokelat, sama motifnya pakem khas Jawa. Motifnya Sidomukti, tumurun, dan trumtum, memang sengaja mempertahankan pakem lama sampai sekarang " jelasnya.
"Kalau untuk pemasaran tidak hanya di Sragen saja, di kota-kota besar, ke Jakarta, Surabaya, Yogyakarta.Namun, belum go internasional, baru pasar lokal saja " tambahnya.
Karena itulah, Batik Windasari dipilih istana negara untuk dijadikan suvenir yang sudah dilakukan sejak sebelum pandemi covid-19.
Aswanda mengungkapkan Batik Windasari menjadi langganan istana negara untuk acara souvenir. Dalam sekali pesan, pihak istana biasanya order hingga ribuan buah,
"Ordernya tergantung kegiatan, paling 5.000, nanti tambah lagi 1.000, 2.000, nggak mesti tergantung kegiatannya, biasanya pesan yang jenis kombinasi tulis," kata Aswanda.
Satu helai kain batiknya dibanderol mulai Rp 90.000, untuk jenis kombinasi dibanderol sekitar Rp 200.000, dan batik tulis sekitar Rp 1,5 juta-Rp 3 juta.
Baca Juga: Mahasiswa Baru UNS Pecahkan Rekor Dunia, Warnai Batik Di Atas Kain 3.300 Meter