Seperti biasa, kami memilih game andalan kami: PUBG. Ketika mendapat giliran untuk main—kami memang hanya menyewa satu komputer yang digunakan bergantian, hal menyebalkan memaksaku berhenti duduk di kursi warnet yang empuk itu: aku lantas kalah.
Berbekal kekalahan itu dan tak tahu lagi hendak berbuat apa di sana, kuputuskan untuk pulang ke rumah, mendahului teman-temanku. Kubiarkan mereka bersenang-senang untuk menatap layar hingga subuh: jika mata mereka benar-benar kuat. Saat itu, jam baru menunjukkan pukul 11 malam. Kulangkahkan kaki ku menuju rumah seorang diri.
*
Pagi harinya, ibu mengejutkanku dengan membangunkanku dari tidur lewat kalimat yang tergesa-gesa, juga gelisah. Ia bercerita, tak ada satu pun teman-temanku yang telah pulang ke rumah mereka hingga siang. Kupikir, seharusnya mereka telah sampai di rumah masing-masing ketika azan subuh berkumandang, atau yang paling parah, jam enam pagi.
Namun, sekali lagi, sesuatu yang aneh pastilah terjadi. Dan yang lebih tak masuk akal, semua temanku di warnet itu yang berjumlah enam orang mengalami hal yang sama—mereka belum pulang ke rumah. Maka di pagi itu, desaku dipenuhi dengan kegaduhan tentang kabar teman-temanku yang ilang—para orang tua telah mendatangi warnet dan keenam-enamnya taka da di sana.
Di tengah kegaduhan, belum ada seorang pun yang bisa memecahkan masalah ini.
Namun, ketika malam datang, aku merasai diriku seperti dirasuki keberanian tiba-tiba. Di dalam hati, ingin sekali rasanya untuk mengungkap apa yang terjadi pada teman-temanku, meskipun rasanya terlalu berlebihan: aku masihlah seorang anak kecil yang belum tahu apa-apa. Maka, berbekal kenekatan dan keberanian tak berdasar itu, kuberanikan diri untuk mendatangi Warnet Pak Salman.
Baca Juga: Tabiat Iblis! Ini Kisah Pesugihan Seorang Juragan Bus yang Tega Celakai Penumpangnya Sendiri!
Dan sampai di sana, betapa terkejutnya.
Dengan tenangnya, keenam temanku masih terlihat asyik masyuk dengan apa yang ada di depan mereka. Kutanyai mereka apa yang terjadi sehingga membuat mereka tak pulang ke rumah. Mendengar jawaban salah satu temanku, pikiranku kaget bukan kepalang.