“Konsep utama dalam green batik adalah upaya meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang, energi, dan penurunan emisi gas rumah kaca di seluruh tahapan produksi, sekaligus meminimalisasi terbentuknya limbah sisa produksi,” ucapnya.
Baca Juga: Batik Windasari di Masaran Sragen Jadi Langganan Istana Negara
Doddy menambahkan, dengan mengadopsi nilai-nilai industri hijau, industri batik akan menjadi semakin kompetitif dalam penetrasi pasar sekaligus meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksinya.
Untuk diketahui, sepanjang Triwulan II/2022 laporan pertumbuhan industri pengolahan non migas nasional berada di tren positif sebesar 4,33 persen.
Pertumbuhan ini ditopang oleh industri logam dasar 15,79 persen, industri tekstil dan pakaian jadi 13,74 persen, industri kulit dan barang jadi dari kulit dan alas kaki 13,12 persen dan industri lainnya 57,35 persen.
Kontribusi sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 16,01 persen. Kemudian 5 besar industri dengan kontribusi tertinggi terhadap PDB ialah industri makanan dan minuman, industri kimia farmasi dan obat tradisional, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, industri alat angkut, serta industri tekstil dan pakaian jadi.