Sonora.ID - Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Doddy Rahadi mengatakan bahwa sektor industri batik telah memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Doddy menjelaskan berdasarkan data Kemenperin mencatat, capaian ekspor batik mencapai 46,24 juta USD pada 2021, dan pada semester I 2022 mencapai 27,42 juta USD.
“Industri batik telah berperan penting bagi perekonomian nasional dan berhasil menjadi market leader pasar batik dunia,” ucap Doddy dalam acara Peringatan Hari Batik Nasional secara virtual, di Jakarta.
Selain itu, Doddy menyebut, industri batik merupakan sektor yang banyak membuka lapangan pekerjaan, dengan menyerap tenaga kerja lebih dari 200 ribu orang dalam 47.000 unit usaha yang tersebar di 101 sentra Indonesia.
Menurutnya, industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca Juga: Hari Ketiga, SBF Hadirkan Karya Desainer Dari Belanda
“Industri batik mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global,” ungkapnya.
Untuk terus berdaya saing dan sejalan dengan tren perkembangan pasar dunia, kata Doddy, industri kerajinan dan batik juga harus memperhatikan prinsip-prinsip (sustainability) keberlanjutan dan wawasan lingkungan.
“Badan standarisasi dan kebijakan jasa industri kementerian perindustrian melalui pusat industri hijau telah mengembangkan standar industri hijau untuk industri batik dan telah dituangkan dalam peraturan Menteri Perindustrian nomor 39/2019,” tuturnya.
Doddy menuturkan, Implementasi green batik pada produk batik dapat dilakukan melalui konsep produksi bersih dengan menerapkan 5R (Rethink, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery).
“Konsep utama dalam green batik adalah upaya meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang, energi, dan penurunan emisi gas rumah kaca di seluruh tahapan produksi, sekaligus meminimalisasi terbentuknya limbah sisa produksi,” ucapnya.
Baca Juga: Batik Windasari di Masaran Sragen Jadi Langganan Istana Negara
Doddy menambahkan, dengan mengadopsi nilai-nilai industri hijau, industri batik akan menjadi semakin kompetitif dalam penetrasi pasar sekaligus meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksinya.
Untuk diketahui, sepanjang Triwulan II/2022 laporan pertumbuhan industri pengolahan non migas nasional berada di tren positif sebesar 4,33 persen.
Pertumbuhan ini ditopang oleh industri logam dasar 15,79 persen, industri tekstil dan pakaian jadi 13,74 persen, industri kulit dan barang jadi dari kulit dan alas kaki 13,12 persen dan industri lainnya 57,35 persen.
Kontribusi sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 16,01 persen. Kemudian 5 besar industri dengan kontribusi tertinggi terhadap PDB ialah industri makanan dan minuman, industri kimia farmasi dan obat tradisional, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, industri alat angkut, serta industri tekstil dan pakaian jadi.