Sonora.ID - Upaya mengurangi emisi gas rumah kaca hingga nol persen pada 2060 membutuhkan dukungan berbagai pihak.
Direktur Utama PT. PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan kolaborasi menjadi solusi atas target nol emisi (zero emission) yang mengakibatkan pemanasan global saat ini.
Pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca membutuhkan koloborasi kebijakan dan strategi, kolaborasi teknologi, kolaborasi inovasi dan investasi.
“Salahsatu dari persoalan yang membutuhkan kolaborasi adalah di sektor transportasi yang menghasilkan emisi hingga 280 juta ton. Jika Business As Usual, angka ini akan meningkat hingga 860 juta ton pada tahun 2060”, ujar Darmawan Prasodjo saat menyampaikan pidato kunci (keynoter speech) diskusi Bincang Dua Puluh dalam rangkaian progam G20 Kompas bekerja sama dengan PLN, di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (11/10/2022)
Darmawan menjelaskan transisi energi berbahan dasar fosil ke listrik menjadi solusi pengurangan emisi gas buang di sektor transportasi.
Baca Juga: 6 Jurus PLN Dorong Ekosistem Kendaraan Listrik
Bukan hanya mengurangi polusi, penggunaan energi listrik di kendaraan lebih murah.
PLN telah melakukan uji coba untuk menghitung kebutuhan listrik bagi kendaraan dengan rute Jakarta ke Bali.
Hasil hitungan membuktikan biayanya hanya seperlima harga BBM fosil.
“Kami hitung biayanya hanya seperlima untuk bahan bakar mobil listrik. Hitungnya gimana? Satu liter bensin untuk jarak 10 kilometer (KM). Sekarang 10 KM mobil listrik itu butuhnya berapa kWh? Sekitar 1,2 – 1.4 kWh listrik. Ada sebagian yang 1,5 kWh. Emisi karbonnya berapa? 1 kWh listrik emisinya kalau dari batubara itu 850 gram. Bukan 1,1 kilogram, karena apa? Ada pembangkit listrik di Muara Karang, Muara Tawar Tanjung Priok menggunakan gas. Ada pembangkit listrik tenaga (PLT) Hidro Cirata, Saguling. Ada juga panas bumi. Dicampur semuanya 850 gram, dikalikan 1,5 kWh per 1 liter ekuivalen. Sekitar 1,2-1,3 kilogram per liter ekuivalen. Jadi kalau transformasi dari transportasi berbasis BBM beralih pada listrik, emisinya berkurang 50 persen”, ujarnya.
Kedepannya, angka tersebut akan berkurang hingga nol gram emisi pada saat Indonesia mencapai karbon netral di tahun 2060. Kondisi bisa dicapai jika startegi transportasi berubah dari bahan bakar minyak ke listrik.
Direktur Utama PT. PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan peralihan penggunaan BBM ke listrik di sektor transportasi bukan kemudian menggeser dominasi negara tertentu yang menguasai kekuatan manufaktur mobil dan motor ke negara lain.
Menurutnya, peralihan ini akan memperlihatkan bagaimana Indonesia membangun kapasitas diri dengan cara mengurangi impor BBM yang akan berpengaruh pada percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca Juga: Komitmen Tingkatkan Kualitas Layanan, PLN UP3 Ketapang Lakukan Pemeliharaan Jaringan Listrik
“Kalau impor minyak kita 300-400 trilyun, kita ubah menjadi energi domestik semuanya, dikurangi impornya maka pertumbuhan ekonomi bukan 5,1 atau 5,2 persen tapi menjadi 7 sekian persen” , tandasnya
Darmawan juga menjelaskan melihat besarnya peluang dan bentuk komitmen terhadap proses transisi energi, PT. PLN (Persero) sebagai penyedia energi kelistrikan nasional ikut ambil bagian dalam mendukung serta mendorong akselerasi pengembangan kendaraan listrik secara nasional.
Beberapa program pendukung telah dilakukan oleh PLN seperti pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Ada juga pemberian stimulus kepada pengguna yang mengisi mobil listrik di rumah pada pukul 22.00-00.05 WIB dengan potongan tarif sebesar 30 persen.
“PLN memberikan diskon 30 persen tarif listrik pada pengguna yang melakukan home charging antara pukul 22.00-05.00 WIB,” kata Darmawan