Ende, Sonora. ID - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi berkolaborasi dalam penyelenggaraan “Workshop Literasi Digital” di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo. Kegiatan di Ende dilaksanakan pada hari Rabu, 28 September 2022, di Universitas Flores, Ende, NTT.
Sementara itu, Kegiatan di Nagekeo dilaksanakan pada hari Kamis, 29 September 2022, di Pondok SVD, Nagekeo, NTT. Workshop ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai Literasi Digital kepada lebih dari 300 orang peserta perwakilan masyarakat dan komunitas di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00.
Dalam merespon hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Baca Juga: Tingkatkan Kompetensi Guru TIK di Kota Sorong, BAKTI Kominfo Gelar Kelas Literasi Digital
Tema workshop di Kabupaten Ende adalah “Pemahaman Pemakaian Sosial Media Dalam Melakukan Filter Terhadap Berita Hoax”, dengan narasumber P.D. Indriastuty seorang Key Opinion Leader (KOL) Ende, Ferdinandus Lidang Witi sebagai tokoh pendidikan Ende, dan Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital dari ICT Watch.
Kegiatan di Ende dibuka dengan sambutan oleh Kepala Dinas (Kadis) Kominfo Kabupaten Ende, Supriyanto. Beliau menyatakan bahwa semakin maraknya kejahatan siber dan hoax adalah akibat masyarakat hanya mengetahui cara menggunakan Internet tanpa memahami etika penggunaannya.
“Pemerintah harus berkolaborasi dengan masyarakat dan stakeholder lainnya agar nilai-nilai kebenaran dan etika dapat dijalankan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya dalam menggunakan teknologi digital.” ujarnya.
Selanjutnya, Indriastuty atau yang akrab disapa Tuteh dalam paparannya menyampaikan bahwa kebiasaan ingin dianggap paling pertama tahu tentang sesuatu merupakan racun di dalam masyarakat, hal ini membuat masyarakat cenderung tidak melakukan verifikasi terhadap suatu informasi agar cepat menyebarkan informasi itu.
Baca Juga: Kemenkominfo Gelar Literasi Digital bagi ASN Provinsi Banten
Lebih lanjut, Tuteh memaparkan bahwa ada enam cara untuk menangkal hoax di masyarakat, yaitu :
Sejalan dengan materi yang disampaikan oleh Tuteh, Ferdinandus Lidang mengingatkan peserta untuk selalu menjaga keamanan akun media sosial saat beraktivitas secara digital.
“Hati-hati mengklik tautan di media sosial, karena dapat mengakibatkan akun kita diakses dan kita dapat menjadi korban hoax” ungkapnya.
Sesi terakhir diisi oleh Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital. Pria yang akrab disapa Ibe ini mengungkapkan fakta bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang masih belum siap dalam menghadapi era digital, terutama dalam hal etika.
“210 (dua ratus sepuluh) juta orang Indonesia telah terkoneksi dengan internet dan sepertiga dari hidup orang Indonesia ada di dunia digital. Tapi, ternyata masyarakat Indonesia masih menempati peringkat terbawah, sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara.” tambahnya.
Sementara Itu, Workshop yang diadakan di Nagekeo dibuka oleh Kadis Kominfo Nagekeo, Andreas Ndona Corsini. Dalam sambutannya beliau menuturkan bahwa masih banyak masyarakat yang menggunakan media sosial tanpa berpikir bagaimana menjaga sikapnya.
Baca Juga: Gandeng UNIMA, Kemenkominfo Edukasi Literasi Digital Bagi Mahasiswa
“Mereka (pengguna media sosial) mengatakan bahwa mereka punya hak dalam mengekspresikan diri. Saya bilang, anda tidak tinggal di pulau terpencil, tetapi berhubungan dengan banyak orang, oleh karena itu perlu menggunakan etika dalam bermedia sosial”, tuturnya.
Kegiatan Workshop di Kabupaten Nagekeo yang bertema “Mengembangkan Kultur Digital
yang Baik dan Sehat” diisi oleh narasumber-narasumber lokal dan nasional yaitu Edy Kasi seorang influencer lokal, Rosadalima Dee Panda sebagai tokoh pendidikan Nagekeo, dan Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital dari ICT Watch. Edy Kasi dalam paparannya menjelaskan bahwa cara pemberian informasi pada era sekarang sangat berbeda dengan yang dahulu. Sekarang masyarakat dituntut untuk dapat menyampaikan ilmu yang dimiliki melalui komunikasi berdasarkan 4C, yaitu critical thinking (berpikir kritis), creativity (Kreatif), collaboration (Kolaborasi), dan communication (Komunikasi).
“Manfaat literasi digital adalah lebih ke arah menambah wawasan individu. Seperti yang dilakukan pada saat pandemi, masyarakat menggunakan kemajuan media digital untuk belajar dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting.” tambahnya.
Rosadalima Dee Panda atau Rosa menjelaskan bahwa untuk dapat menggunakan teknologi digital dengan baik, diperlukan pengetahuan mengenai budaya digital. Hal ini dapat membantu pengguna teknologi digital dalam berinteraksi antar sesama pengguna.
“Budaya digital membentuk cara berinteraksi secara personal, dengan lingkungan dan dengan orang lain yang menunjukkan hal-hal yang baik di media sosial.” tuturnya.
Pada sesi pamungkas, Ibe sebagai pemateri terakhir membagikan tools keamanan digital yang dapat dilihat dan diunduh di http://s.id/jagaprivasi dan di http://s.id/cekhoaks. Selain itu, pria yang aktif di ICT Watch ini juga mengajak peserta kegiatan untuk senantiasa cakap, cerdas dan bijak dalam menggunakan media digital.
Baca Juga: Kemenkominfo Kenalkan Literasi Digital kepada Mahasiswa Baru Universitas Bali Internasional
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.