Makassar, Sonora.ID - Andi Rahmatullah atau yang biasa dipanggil Ibu Tullah tidak pernah membayangkan melahirkan seorang anak penderita down syndrome.
Namun ia menerima dengan ikhlas apa yang ditakdirkan sang pecipta. Bahkan ia berkomitmen untuk terus menjaga anak perempuannya, Andi Athira Salsabilah Putri yang kini berusia 15 tahun.
Andi Athira Salsabilah atau akrab disapa Putri adalah bungsu dari empat bersaudara. Ketiga kakaknya laki-laki. Saat ini Putri tercatat sebagai salah satu siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Rajawali, Kota Makassar.
Setiap harinya, Ibu Tullah mengaku mengantar jemput sendiri anaknya itu.
“Pada saat lahir, dokter sudah menginformasikan pada saya bahwa Putri diprediksi down syndrome. Saat itu saya berharap ada keajaiban dari Tuhan, mendapatkan mujizat, anak saya terlahir normal.
Waktu itu saya sama sekali tidak mengerti apa itu down syndrome, dan bagaimana penanganannya. Lalu saya berusaha mencari tahu itu semua,” kenang Ibu Tullah.
Menurutnya, tanda-tanda down syndrome sudah terlihat dari kondisi fisik Putri. Tanda-tanda tersebut antara lain muncul dari raut muka dan penampakan badan putrinya. Ia mendapat saran dari dokter, agar Putri rajin melakukan terapi urut agar otot-ototnya kuat.
“Karena Putri terlahir dengan tulang yang lemah. Lalu lehernya juga, jika digendong akan lunglai, karena kepalanya tidak bisa ditahan, sehingga tidak bisa tegakkan. Perlu dilakukan terapi,” kata Ibu Tullah.
Berbekal informasi dari dokter dan referensi bacaan, Ibu Tullah mengurus anaknya dengan penuh kesabaran. “Jadi saya itu terapi urut, kemana-mana. Pokoknya asal ada orang bilang disana bisa mengurut anak bayi, saya kesana lagi,” bebernya.
Baca Juga: Mengetahui Apa itu Down Syndrome? Apa saja Tandanya? Cek di Sini
Seolah tak mengenal lelah, Ibu Tullah terus mengupayakan agar Putri bisa tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya. Namun di sisi lain, Ibu Tulla menyadari bahwa perkembangan anaknya tidak bisa mengikuti anak normal.
Ketekunan merawat Putri membuahkan hasil. Menginjak usia 2 tahun, Ibu Tullah bersyukur karena Putri sudah bisa duduk.
“Jadi pada saat Putri bisa duduk, saya langsung masukkan terapi. Di tempat terapilah Putri bisa jalan. Jadi Putri itu bisa jalan di usia 3 tahun,”ungkapnya.
Dengan telaten, Ibu Tullah mengawal pertumbuhan Putri. Ia merawat Putri dengan penuh kesabaran dan tidak mengenal lelah. Ia juga tidak mengabaikan pentingnya mengenyam pendidikan formal bagi anaknya. Menginjak 9 tahun, Ibu Tulla mendaftarkan Putri di jenjang sekolah dasar.
“Saya merasa bersyukur memiliki Putri dengan kondisi yang down syndrome. Justru disini saya merasa mendapatkan pelajaran dari anak saya, bagaimana saya harus bersabar dan berjuang dalam merawat anak perempuan yang down syndrome,” ucap Ibu Tullah.
Ia mengaku, perkembangan Putri kini jauh lebih baik. Ia lebih percaya diri. Bahkan Putri sempat diberikan kepercayaan oleh gurunya untuk ikut lomba bochee, yang merupakan lomba yang diselenggarakan di tingkat provinsi. Putri mewakili sekolahnya dan memenangkan juara 1.
Pengalamannya merawat anak down syndrome pun dijadikan hal yang berharga. Apa yang dialaminya itu pun ia bagikan ke orangtua lain yang juga mempunyai anak down syndrome.
Sejak 2019, Ibu Tullah menjabat sebagai Ketua Komunitas Orangtua Anak dengan Down Syndrom (KOADS) Sulsel. Selain itu, Ibu Tullah ini juga menjabat sebagai Bendahara Forum Keluarga Spesial Indonesia (FORKESI).
Baca Juga: Ternyata Gak Cuma Manusia, Hewan Juga Bisa Terkena Down Syndrome! Kok Bisa?
Bersama tiga rekannya, Dokter Nila Mayasari, Indira Siregar (Psikolog), dan Jayati Mansur, Ibu Tulla membangun KOADS Sulsel.
“Saya punya cita-cita anak-anak down syndrome di Sulawesi Selatan khususnya di Kota Makassar seperti anak-anak down syndrome di Jakarta. Yang mereka punya prestasi, punya minat bakat, mereka bisa berkembang, saya mau anak down syndrome sama seperti anak reguler lainnya, mereka punya percaya diri, terutama orangtuanya,” tutur Ibu Tullah.
Selama Pandemi COVID-19 ini Ibu Tullah telah melakukan berbagai kegiatan edukatif. Kegiatan yang dilakukan salah satunya bekerjasama dengan PKK Sulsel. Saat ini, Ibu Tullah membina sekitar 50-an anak down syndrome. Ia memberikan perhatian lebih agar mereka yang punya keterbatasan fisik bisa melakukan kegiatan dan terampil sebagaimana anak-anak lainnya.