Sonora.ID - Khotbah Jumat merupakan salah satu bentuk ibadah yang dilaksanakan oleh umat Muslim setiap hari Jumat.
Dalam khotbah Jumat ini khatib akan memberikan berbagai macam nasihat, peringatan, dan ajakan kepada jemaah salat Jumat.
Nasihat dan ajakan tersebut disampaikan sesuai dengan tema khotbah atau ceramah yang ingin dibawakan.
Ada beberapa tema yang bisa disampaikan dalam khotbah ini. Salah satunya khotbah Jumat tentang pentingnya bersyukur.
Anda pun dapat menyimak ulasan berikut ini sebagai referensi mengenai ceramah pentingnya memiliki sikap syukur.
Baca Juga: 30 Pantun Agama Ini Penuh dengan Nasihat Bijak dan Menginspirasi
1. Khotbah 1
Jemaah salat yang dimuliakan oleh Allah
Kita sebagai seorang Muslim
Harus bersyukur kepada Allah ta’ala
Bagaimana mungkin seorang Muslim itu gelisah dan tidak bahagia hidupnya. Padahal, nikmat Allah mengalir dalam diri dan kehidupannya dengan begitu deras dan tak pernah henti. Aid Al-Qarni dalam bukunya La Tahzan mengingatkan, “Ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada Anda. Karena Dia telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki.”
Pesan tersebut memang patut kita renungkan karena di dalam al-Qur’an Allah juga menegaskan bahwa nikmat Allah terhadap diri kita tak bisa dihitung jumlahnya.
“Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.”
(Q.S. Ibrahim 14:34).
Untuk itu, marilah kita berpikir dan merenung, sungguh Allah sangat memuliakan hidup kita. Bahkan, jika kita bersyukur sedikit saja, misalnya, Allah sudah menyediakan buat kita tambahan nikmat yang sangat luar biasa. Sebaliknya, jika kita tidak bersyukur maka kehidupan kita akan semakin sempit, susah dan sulit.
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (Q.S. Ibrahim 14:7)
(Sumber: Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Inspiratif)
Baca Juga: 40 Pantun Sindiran Bayar Hutang: Cara Halus Tapi Bisa Buat Tersinggung
2. Khotbah 2
Jemaah salat yang dimuliakan oleh Allah.
Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah yang telah memberi kita nikmat serta anugerah dan waktu luang sehingga kita dikumpulkan ditempat yang mulia ini.
Salawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad yang telah membawa kebenaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Atas kegigihan beliau sehingga cahaya Islam dapat kita rasakan.
Jemaah salat yang dimuliakan oleh Allah
Sebagai hamba Allah yang diberikan hidayah dan karunia yang begitu besar, maka hendaknya kita selalu bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut. Bersyukur kepada Allah merupakan salah satu bukti wujud terima kasih kita atas apa yang Allah berikan kepada hamba-Nya.
Yang mana jika seorang hamba bersyukur atas nikmat yang diberikan kepadanya maka Allah akan menambah nikmat tersebut untuknya.
Hal ini sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7:
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras."
Syeikh Abdur Rahman As-Sa’di dalam tafsirnya, Taysir Al Karim Al Rahman, mengatakan bahwa “as-Syukr” adalah pengakuan hamba terhadap nikmat-nikmat Allah, memuji-Nya atas kenikmatan tersebut, dan menggunakannya dalam keridhoan Allah.
Maka hendaklah seorang hamba banyak mengucapkan syukur, baik dengan lisannya ataupun dengan perbuatannya.
Ibnul Qoyyim aj-Jauziyyah dalam kitabnya Madarijus Salikin menguraikan, “bahwa syukur pada hakikatnya adalah terlihatnya bekas dari nikmat Allah pada lisan seorang hamba yang berwujud pujian dan pengakuan, dan pada hatinya yang berwujud kesaksian dan kecintaan, serta pada anggota badannya yang berwujud ketundukan dan ketaatan.”
Jemaah salat yang dimuliakan oleh Allah
Teladan kita dalam hal ini adalah Rasulullah . Lisan beliau senantiasa basah dengan zikir dan puji-pujian kepada Allah, hati beliau penuh dengan keimanan dan kecintaan yang besar kepada Allah, serta fisik beliau tidak pernah berhenti beribadah kepada Allah meski dalam keadaan lelah dan sakit.
Aisyah pernah menuturkan: ”Rasulullah selalu melakukan sholat tahajud sampai bengkak kedua kakinya. Lalu aku bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau melakukan semua ini, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu, baik pada masa lalu maupun yang akan datang?”.
Beliau hanya menjawab:
“Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Mengenai syukur ini, dalam riwayat lain juga dikatakan dari Suhaib , Ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada diri seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Dan itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Dan itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
Kaum Muslimin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Maka dari itu tetaplah kita bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita, baik di kala letih, sibuk dan keadaan sakit sekalipun.
Karena semua apa yang terjadi kepada kita, Allah yang menghendaki atas semua itu.
Semoga Allah menjadikan kita menjadi orang-orang yang pandai bersyukur atas apa yang diberikan-Nya kepada kita.
Baca Juga: 40 Pantun Pernikahan Penuh Doa Ini Dapat Disampaikan Untuk Pengantin
3. Khotbah 3
Kaum Muslimin rohimakumulloh
Allah mengabarkan kepada kita dalam banyak ayat di dalam al-Qur’an tentang nama-Nya yang indah (Asmaul Husna).
Setiap nama mengandung sifat-Nya yang sempurna.
Di antara nama-nama tersebut adalah yang mengandung sifat Maha Memberi, yaitu al-Mannan, ar-Rozzaq, ar-Roziq, al-Wahhab, al-Jawwad, al-Mu’thi dan al-Barr.
Dia Maha Memberi dengan pemberian yang banyak lagi sempurna. Dia melimpahkan beraneka ragam kenikmatan kepada seluruh makhluk, tanpa ada satu pun makhluk yang terluput. Kebaikan dan karunia Allah sempurna dan merata kepada seluruh makhluk-Nya. Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 60:
“Dan berapa banyak makhluk-makhluk yang bernyawa yang tidak dapat membawa dan mengurus rejekinya sendiri. Allah lah yang memberikan rezeki kepadanya dan kepada kalian. Dan Dialah Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Jika kita renungkan dengan dalam hakikat diri kita sebagai manusia, pasti kita temukan betapa nikmat Allah teramat besar dan tak terbilang banyaknya.
Semua sisi kehidupan kita, lahir maupun batin, yang tampak maupun tersembunyi, tak ada
satupun yang dapat terwujud tanpa karunia-Nya.
Cobalah sejenak kita renungkan. Sejak proses penciptaan manusia, sebagai awal kehadiran di muka bumi ini, bermula dari setetes air mani yang diletakkan dalam rahim seorang ibu, lalu dengan proses yang demikian sempurna, berbagai kenikmatan yang Allah berikan terus mengalir kepada sang janin.
Calon bayi yang lemah itu mendapatkan perlindungan yang sempurna, terjaga dalam rahim yang kokoh.
Nutrisi pun terus mengalir tiada henti. Demikian seterusnya hingga tiba saatnya terlahir ke dunia.
Sadarilah! Kita ada karena Allah telah menciptakan kita. Dengan kehendaknya kita diciptakan sebagai manusia, sosok makhluk yang memiliki bentuk paling sempurna.
Memiliki berbagai organ tubuh yang lengkap dengan sistem kerja yang paling sempurna. Semua itu menunjukkan Kesempurnaan Sang Pencipta.
Allah berfirman dalam Qur’an surat al-Isra’ ayat 70:
“Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.”
Selain itu, Allah telah mengkaruniakan kita berupa akal, yang dengannya kita teristimewakan dari berjuta makhluk lain.
Dengan akal, kita dapat merenungkan tanda-tanda kekuasaan-Nya di alam semesta. Itulah di antara bentuk karunia Allah kepada makhluk-Nya, termasuk manusia secara umum.
Adapun secara khusus, nikmat-Nya yang teragung adalah hidayah berupa iman.
Allah juga telah memuliakan kita dengan Islam. Hanya dengannya, beragam karunia itu menjadikan kita dapat menggapai kemuliaan yang hakiki.
Tanpa keimanan dan ketaqwaan, kita hanyalah sesosok makhluk yang hina.
Dengan Islam kita mengenal dan dapat membedakan kebaikan dan keburukan. Keimanan kita menjadikan setiap amal kebaikan yang kita kerjakan dilipatgandakan balasannya di sisi Allah.
Allah berfirman :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl: 97)
Kaum Muslimin rohimakumulloh
Allah mencatat amalan seorang mukmin walaupun amal yang dilakukan tersebut kecil dan sedikit.
Tidak akan ada yang terlewat. Semua akan dibalas dengan balasan yang berlipat.
Bahkan, Allah akan membalas amalan seorang mukmin walaupun amal tersebut baru diniatkan di dalam hatinya.
Sebagaimana Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi ia tidak mengerjakannya maka akan ditulis baginya satu kebaikan. Barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan lalu ia benar-benar melaksanakannya maka akan ditulis baginya sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat.” (HR. Muslim)
Sungguh teramat besar nikmat Allah kepada kita. Dia telah memberi kita hidayah sehingga kita mengenal kebaikan dan mampu mengamalkannya, Dia pula yang akan membalas setiap amal kebaikan itu dengan balasan berlipat ganda yang jauh lebih baik.
Oleh karena itu, kalau saja kita mau menghitung semua nikmat-Nya, maka tidak akan mungkin kita sanggup menghitungnya.
Allah berfirman dalam Qur’an surat an-Nahl ayat 18:
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa jangankan bisa mensyukuri semuanya, bahkan manusia tidak akan mampu menghitung nikmat Allah, karena begitu banyaknya nikmat yang diberikan.
Setelahnya, Allah sebutkan bahwa ‘Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.
Ini menunjukkan atas kekurangan manusia dalam bersyukur terhadap nikmat-nikmat tersebut. Namun Allah masih mengampuni siapa saja yang bertaubat pada-Nya.
Allah akan mengampuni setiap orang yang memiliki kekurangan dalam bersyukur terhadap nikmat yang diberikannya.
(Sumber: Buku Khutbah Jumat Setahun).
Baca Juga: Perbedaan Infak dan Sedekah, Yuk Pelajari dan Pahami Bersama!
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.